Senin, 30 November 2009

MANAGING CAREER

Taking action to become the most powerful, valuable, fulfilled version of yourself ;

1. Deal with reality

2. Master the workplace
3. Own your career
4. Reject mediocrity
5. Collect portable equity
6. Lead from within
7. Fail successfully
8. Reinvent Yourself
9. Balance with intention
10. Remember who you are

(Sally Hogshead)

ROAD TO DESTINY

We sow our thoughts and we reap our actions.
We sow our actions and we reap our habits.
We sow our habits and we reap our characters.
We sow our characters and we reap our destiny.

Rabu, 25 November 2009

BERGURU PADA ALAM DAN KEHIDUPAN : MENCERMATI KASUS CICAK DAN BUAYA

Banyak sekali peristiwa yang terjadi pada alam dan kehidupan ini yang dapat dijadikan pembelajaran. Namun, sering sekali kita sebagai manusia luput memperhatikannya. Bahkan pelajaran pun dapat diambil dari para makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan.

Kita menyaksikan bagaimana ilmu Kungfu yang berkembang di China berawal dari mencontoh gerakan hewan-hewan tertentu. Demikian pula dengan Fengshui yang memanfaatkan posisi alam dengan segala elemennya. Di India, Mesir dan Suku Indian Kuno seperti Maya dan Inca memanfaatkan pula segala peristiwa alam termasuk astronomi untuk memandu kehidupan manusia. Konon, ilmu alam yang berkembang di mereka pada dahulu kala jauh lebih maju dari perkembangan yang terjadi sekarang ini.

Demikianlah alam dan kehidupan memberikan pelajaran. Alam dan kehidupan biasanya bergerak dalam siklus yang teratur. Antara musibah dan bencana yang ditimbulkan oleh alam dan kehidupan senantiasa diikuti oleh kemakmuran yang baru. Meletusnya gunung berapi akan diikuti setelah itu oleh suburnya lahan disekitar gunung tersebut. Bahkan bencana besar tsunami di Aceh diperkirakan akan memicu munculnya sumber mineral baru yang melimpah didaerah tersebut.

Jadi apa yang disebut bencana dalam konteks alam dan kehidupan dapat dimaknai sebagai sebuah proses alami untuk memperbaharui kehidupan. Memperbaharui kehidupan ini tidak sekedar pada alam fisik, tetapi juga menyentuh aspek kehidupan sosial, budaya dan dimensi kehidupan manusia lainnya. Demikianlah yang kita saksikan pada bencana banjir besar Nabi Nuh, bencana Kaum Tsamud dan Aad, bencana besar Gunung Vesuvius, yang semuanya terkesan menghancurkan kehidupan manusia namun disebalik itu mendorong kehidupan baru yang lebih baik.

Berguru pada alam dan kehidupan sesungguhnya adalah memaknai hidup sebagai suatu siklus. Hidup selalu mencari keseimbangan dan hidup senantiasa memperbaharui diri dengan cara berproses sedemikian rupa termasuk berproses secara menyakitkan seperti musibah dan bencana.

Bencana pun dapat terjadi secara sosial dan politik, namun sebagaimana alam dan kehidupan kita pun meyakini ini adalah suatu proses untuk pembaharuan yang akan membuat situasi semakin baik.

Demikian pula apa yang berkembang selama ini yang sering disebut dengan Kasus Cicak versus Buaya. Presiden SBY pada Senin malam kemarin telah menyampaikan pandangan dan posisinya terhadap kasus Bibit dan Chandra yang cenderung akan diselesaikan secara out of court settlement. Jika kita menganggap peristiwa tersebut sebagai gonjang-ganjing hukum-sosial-politik, maka berguru pada alam dan kehidupan yang menganut prinsip cyclical akan membangkitkan sikap optimis bahwa kehidupan berdemokrasi dinegeri sedang berproses menuju arah yang lebih baik.

Suatu siklus akan terus berputar, dimana setiap perputaran akan semakin mematangkan dan menyempurnakan hasil. Demikianlah yang ditunjukan oleh alam dan kehidupan. Tentunya kita pun sangat berharap gonjang-ganjing yang terjadi akhir-akhir ini dinegeri ini merupakan bagian dari proses siklus kehidupan tersebut yang akan terus mematang proses demokrasi dinegeri ini utamanya melalui penegakan hukum, pemantapan kehidupan sosial dan pematangan proses berpolitik, sehingga menuju kearah kehidupan yang lebih baik.

Selasa, 24 November 2009

MOTIVASI, KETABAHAN DAN KETEGUHAN

Pada hari Minggu tanggal 22 November 2009 penulis membaca sebuah artikel disuatu Harian Nasional yang menyebutkan pentingnya Motivasi Hidup. Penulis sepakat dengan hal ini, namun menurut penulis belumlah lengkap. Dalam menghadapi kehidupan dengan segala tantangannya selain motivasi diperlukan pula ketabahan dan keteguhan.

Motivasi berakar pada kata “movere” yang berasal dari Bahasa Latin mengandung arti bergerak. Ada enerji disini yang menggerakan dan mendorong seseorang untuk mencapai sesuatu. Motivasi akan dapat mengarahkan dan mengendalikan perilaku. Sehingga motivasi merupakan suatu unsur penting bagi seseorang untuk menjalani kehidupan. Namun, sekalipun penting, motivasi saja belumlah cukup untuk menjalani kehidupan dan meraih kesuksesan hidup. Ketabahan dan keteguhan harus dimiliki seseorang agar dapat meraih apa yang diinginkan.

Tentang ketabahan penulis teringat dengan motto dari Korps Kapal Selam TNI-AL yaitu :
“Tabah Sampai Dengan Akhir.” Motto ini memberikan sikap filosofis yang mendasar bahwa kita harus menyiapkan seluruh jiwa raga untuk bertahan sampai dengan batas akhir. Tabah memiliki makna dinamis bahwa seseorang harus tetap bertahan dengan apa yang dicita-citakan dan terus berjuang sampai dengan batas akhir.

Tentang keteguhan penulis sendiri memiliki motto, yaitu : “Teguh Sampai Dengan Tujuan Tercapai.” Siapa pun manusia hidup harus memiliki tujuan dalam kehidupannya. Tujuan “ultimate”-nya adalah mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan tersebut bisa dipecah kedalam tujuan jangka panjang, menengah maupun pendek. Untuk itu kita harus bersikap konsisten dengan apa yang ingin dicapai dengan sikap pantang menyerah dan bertekad untuk meraih apa yang dicita-citakan.

Jadi jelas bahwa motivasi harus dilengkapi dengan ketabahan dan keteguhan agar kita berhasil menjalani kehidupan dan mampu meraih apa yang menjadi tujuan hidup kita. Dalam motivasi, ketabahan dan keteguhan secara implisit meliputi pula tekad, sikap pantang menyerah, dan selalu memiliki spirit perjuangan untuk meraih apa yang dicita-citakan.

Hal penting pula diketahui bahwa dalam ketiga unsur tadi mengandung adanya sikap sabar dan bersyukur. Sabar dalam menghadapi kegagalan maupun kesuksesan dan syukur terhadap apa yang dimiliki dan apa yang sudah diraih. Sikap sabar dan syukur ini sekaligus menjadi basis yang penting untuk membangun motivasi, ketabahan dan keteguhan.

Jika kita perhatikan tokoh-tokoh dunia dan orang-orang suci seperti para Nabi, memiliki ketiga unsur tersebut. Mereka mencapai status kemanusiaan yang tinggi karena memiliki motivasi, ketabahan dan keteguhan.

Lihatlah para Nabi dan Rasul bagaimana mereka menghadapi tantangan yang luar biasa dari kaummnya dalam menegakan kebenaran. Mereka berjuang sampai dengan harus mengorbankan jiwa dan raganya, namun kita pun menyaksikan ajaran-ajaran mereka bertahan sampai dengan ratusan bahkan ribuan tahun. Ini tidak mungkin dicapai tanpa adanya motivasi, ketabahan dan keteguhan.

Demikian pula para tokoh besar lainnya seperti Mandela, Muhammad Yunus, Bunda Theresa, Mahatma Gandhi, Martin Luther King dan cukup banyak lainnya sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang memiliki motivasi, ketabahan dan keteguhan.

Mereka menjadi “role model” yang baik untuk kita agar kita pun mencontoh perilakunya agar dapat sukses menjalani kehidupan. Barangkali masalah yang kita hadapi jauh lebih ringan dari apa yang pernah mereka alami. Situasi yang kita hadapi mungkin jauh lebih sederhana dari apa yang pernah mereka hadapi. Namun, kualitas pribadi mereka yang dapat kita jadikan contoh untuk sukses mengarungi gelombang kehidupan ini. Kualitas pribadi mereka yang penting adalah memiliki motivasi, tabah dan teguh. Ketiga hal ini dilandasi pada sikap sabar dan syukur. Jadi sesungguhnya anda pun bisa sukses.

Siapa bilang anda tidak bisa ?
Ayo bangun, bergerak, lindas semua rintangan, hadapi semua tantangan,dan raihlah kesuksesan hidup anda.

Senin, 23 November 2009

KECERDASAN YAHUDI

Seorang rekan penulis pernah bertemu dengan tokoh nasional yang menyebutkan kalau ingin berhasil kita harus secerdas orang Yahudi. Benarkah? memang kita saksikan para jenius dunia seperti Albert Einsten, Sigmeund Freud dan banyak tokoh cerdas lainnya adalah keturunan Yahudi. Sebenarnya populasi orang Yahudi sendiri tidak terlalu banyak, namun mereka unggul dalam banyak hal.

Dalam berbagai Kitab Suci disebutkan bahwa mereka bangsa yang kritis dan cenderung rewel, bahkan terhadap apa yang sudah disampaikan oleh Tuhan dalam Kitab Suci pun dipertanyakan oleh mereka. Mereka mampu keluar dari berbagai tekanan, inovatif, kreatif dan juga sekaligus keras kepala. Mereka juga dikenal sering menimbulkan permasalahan baik karena keras kepalanya atau karena ada kelompok lain yang terganggu dengan kehadiran mereka.

Salah satu filosofi dari mereka adalah jangan pernah merasa nyaman dan jangan buat dirimu nyaman, teruslah berkreasi dan berpetualang secara mental dan fisik. Andalkan dirimu bersama keluargamu dan bertahanlah dalam kelompokmu, kemudian menyebarlah kemana-mana, menyesuaikan diri dengan lingkungan tinggal namun tetap mempertahankan identitas ke-Yahudian.

Memang kalau diamati bangsa-bangsa yang hidup secara diaspora selain Yahudi seperti China, India pun memiliki keunggulan. Mereka mampu bertahan di berbagai lingkungan dan hidup jauh dari daeral asalnya. Mungkin benar kata Charles Darwin bahwa pemenang itu bukanlah mereka yang kuat tetapi mereka yang bisa menyesuaikan diri. Apakah Yahudi pun bisa menyesuaikan diri?

Penulis tidak ingin terjebak pada sikap rasial. Untuk itu perlu membahas masalah Yahudi ini baik dari sisi keunggulannya maupun kelemahannya. Bukankah semua bangsa memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Penulis memiliki keyakinan bahwa salah satu keunggulan Bangsa Yahudi adalah kecerdasannya dan salah satu masalah yang sering ditimbulkan oleh mereka adalah sikap keras kepala dan menganggap bangsa lain bukanlah apa-apa.

Harus diakui selain ilmuwan, pengusaha, penemu, banyak para Nabi yang berasal dari Kaum Yahudi. Jelas ini menunjukkan bahwa mereka memang sebuah Bangsa yang Unggul. Keunggulan ini tampak terutama didukung oleh kecerdasan mereka.

Mengapa mereka bisa cerdas. Ada empat kemungkinan yaitu : Keyakinan, Genetik, Lingkungan dan pola/gaya hidup mereka. Keyakinan dipengaruhi oleh sikap mereka bahwa mereka yakin sebagai orang yang terbaik dimuka bumi, sebagai orang pilihan Tuhan. Hal ini mempengaruhi kepribadian mereka untuk senantiasa ingin unggul. Keyakinan ini berdampak pada seluruh perilaku dan usaha mereka untuk mencapai dan membuktikan keunggulan tersebut. Disisi lain hal ini cenderung membuat mereka meremehkan bangsa lain. Dalam hal ini termasuk keyakinan mereka terhadap tanah yang dijanjikan di Palestina bahwa itu adalah mutlak milik mereka sehingga ini terus menimbulkan konflik tanpa akhir dengan Bangsa Arab khususnya.

Faktor genetik dipengaruhi oleh hal-hal seperti keturunan, makanan dan aspek-aspek biologis lainnya. Berkaitan dengan lingkungan, mereka selalu hidup pada lingkungan yang menantang bahkan mengancam diri mereka, sehingga mereka harus selalu survive dan mencari jalan keluar secara kreatif terhadap permasalahan yang dihadapinya. Kondisi ini membuat mereka selalu berusaha menemukan cara baru untuk bertahan hidup, termasuk bertahan terhadap aksi pembasmian yang dilakukan Firaun dan Hitler.

Pola/gaya hidup mereka mencerminkan bahwa mereka orang yang sangat efisien dan efektif serta berpikir dalam perspektif jangka panjang. Mereka siap menderita untuk meraih tujuan jangka panjang. Mereka mampu mengorbankan apapun untuk meraih kepentingan jangka panjangnya. Pada titik ekstrim muncul paham Zionisme yang membawa misi jangka panjang untuk meneguhkan eksistensi Bangsa Israil yang nota bene Yahudi serta membawa misi mengklaim kepemilikan tanah yang dijanjikan yaitu palestina. Namun, paham Zionisme ini juga dikecam karena cenderung menghalakan segala cara untuk kepentingan Yahudi dan mengabaikan bangsa lainnya.

Melalui berbagai tantangan, cobaan, ancaman dan ambisi yang luar biasa Yahudi berusaha menggenggam dunia, untuk itu mereka sadari bahwa kecerdasan itu merupakan topangan utama. Untuk membangun kecerdasan ini, bagi Yahudi bidang pendidikan dan penelitian sangat penting, tidak heran jika ilmuwan dan penemu utama dunia lahir dari kalangan Yahudi.

Rabu, 18 November 2009

A NATURAL MORAL LAW

It is almost impossible systematically to constitute a natural moral law. Nature has no principles. She furnishes us with no reason to believe that human life is to be respected. Nature, in her indifference, makes no difference between right and wrong.

(Anatole France, French Author, 1844-1924)

Minggu, 15 November 2009

MENCARI PEKERJAAN

Penulis dalam beberapa kali presentasi sering ditanya oleh peserta bagaimana cara mencari pekerjaan yang sesuai. Apa saja kriteria sebuah pekerjaan yang baik? Bagaimana kita harus menentukan pekerjaan yang kita pilih? Demikianlah beberapa contoh pertanyaan yang sering diajukan.

Pertanyaan tersebut tidak hanya diajukan oleh mereka yang baru lulus (freshgraduate), sering pula disampaikan oleh mereka yang sudah bekerja dan bahkan berpengalaman kerja bertahun-tahun. Mereka ini sering merasa tidak puas dengan pekerjaan saat ini sehingga ingin mencari pekerjaan yang lain dan kemudian bertanya-tanya sendiri, sebetulnya bagaimana kriteria mencari pekerjaan yang baik untuk dirinya.

Mencari pekerjaan dan pekerjaan itu sendiri dalam berbagai literatur psikologi sering dikaitkan dengan teori kebutuhan. Kebutuhan atau need dalam perspektif psikologis dimaknai sebagai :

“some thing or some state of affairs which, if present, would improve the well being of an organism. A need, in this sense, may be something basic and biological or it may involve social and personal factors and derive from complex forms of learning (e.g. achievement, prestige).”

Dalam pemahaman diatas jelas kebutuhan terkait dengan sesuatu yang diperlukan oleh individu agar dirinya merasa seimbang dan lebih baik. Kebutuhan ini tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya mendasar dan biologis tetapi juga menyangkut faktor sosial dan personal, seperti kebutuhan untuk berprestasi dan kebutuhan yang menyangkut prestise seseorang.

Jadi jelas orang bekerja tidak sekedar untuk mendapat gaji agar bisa bertahan hidup. Bekerja juga menyangkut status sosial dan bagi kalangan tertentu bekerja merupakan pengejawantahan potensi diri. Jika kita menilik Teori Kebutuhan Maslow maka bekerja harus pula memenuhi kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, status dan aktualisasi diri. Bahkan pada tingkat tertinggi kebutuhan terkait dengan pemenuhan dimensi spiritualitas seseorang.

Jadi bagaimana harus mencari pekerjaan dan mengapa banyak orang yang tidak puas dengan pekerjaan yang dilakoninya saat ini? Semua ini sangat terkait dengan berbagai faktor tersebut diatas.

Kebutuhan untuk bekerja hendaknya dikaitkan pula dengan orientasi hidup. Sebaiknya orientasi hidup tersebut harus seimbangan antara kepentingan personal, keluarga dan sosial. Ketidakseimbangan dalam ketiga aspek tersebut berpotensi menimbulkan permasalahan tersendiri. Namun, untuk kalangan tertentu keseimbangan tersebut harus ditambahkan dengan aspek spiritual, karena bekerja juga memiliki kaitan dengan kebutuhan spiritualitas seseorang.

Secara personal harus dimiliki kompetensi yang memadai agar anda dapat menjalankan tugsa secara baik. Model kompetensi mempersyaratkan tiga hal untuk membangun sebuah kompetensi, yaitu skill, knowledge dan personal qualities. Anda harus memiliki keahlian tertentu, pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan dunia kerja dan didukung oleh faktor personal seperti minat, kesesuaian nilai, dan sikap maupun perilaku kerja yang mendukung.

Bekerja juga harus mampu memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan keluarga dan kehidupan sosial. Seseorang harus mampu memenuhi kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungannya dan bekerja juga harus mampu mendukung eksistensi diri dalam kehadupan sosial. Bagi orang beragama bekerja juga harus mampu memenuhi hal-hal yang berkaitan dengan spiritualitas.

Jadi bagaimana harus mencari kerja agar kita dapat menikmati pekerjaan tersebut dan meraih kepuasan didalamnya? Beberapa tip dapat penulis sampaikan sebagai berikut :

1. Pekerjaan tersebut harus sesuai dengan kompetensi (skill, knowledge dan personal qualities).

2. Pekerjaan tersebut harus memenuhi prioritas kebutuhan (perhatikan Teori Kebutuhan Maslow).

3. Pekerjaan tersebut harus memenuhi kebutuhan personal, keluarga, sosial dan spiritualitas.

Kondisi diatas adalah ideal, terutama jika posisi tawar anda lebih tinggi atau minimal sama dengan pemberi kerja. Namun, jika posisi tawar anda lebih rendah maka anda harus berdamai dan memiliki toleransi untuk mengurangi beberapa pertimbangan tersebut. Dalam keterbatasan ini yang menjadi prioritas tentunya kebutuhan yang yang bersifat basic dan personal. Namun, hendaknya hal ini bersifat sementara, dengan perjalanan waktu dan bertambahnya pengalaman serta meningkatnya daya tawar maka anda harus memasukan sebagian besar bahkan seluruh pertimbangan diatas sebagai dasar keputusan untuk memilih pekerjaan.

Rabu, 11 November 2009

REPUBLIC OF CILUKBA : ANTARA CICAK, PELANDUK DAN BUAYA

Sebetulnya penulis agak enggan mengulas tentang Cicak dan Buaya, terlebih-lebih telah sangat banyak orang yang mengulasnya. Mengingat kepenatan dalam pemberantasan korupsi akhir-akhir ini, entah ini sebuah kenyataan, mimpi, atau sesuatu yang dibuat-buat entah rekayasa entah skenario, kita melihat panggung sandiwara sedang berlangsung dengan aktor utama cicak dan buaya. Kita sudah sampai hampir muntah menyaksikannya, bagaimana dalam kondisi mau muntah ini kita harus menulis, pasti yang keluar adalah sesuatu yang menjijikan. Untuk tidak membuat jijik maka antara Cicak dan Buaya diselipkan Pelanduk.

Mengapa penulis tergerak untuk mengulas hal ini? Berawal dari permintaan kepada penulis untuk menyampaikan presentasi tentang TRANSFORMASI ORGANISASI dikaitkan dengan budaya baru dan bagaimana karyawan melakukan transformasi secara personal/psikologis.

Sikap karyawan dalam menghadapi transformasi dapat diumpamakan kdalam tiga bentuk sikap dan perilaku, yaitu berperilaku seperti CICAK, berperilaku seperi PELANDUK atau berperilaku seperti BUAYA. Sehingga presentasi penulis diberi judul REPUBLIC OF CILUKBA alias Republik dimana hidup Cicak, Pelanduk dan Buaya.

Dalam sebuah transformasi, yaitu perubahan untuk menuju sesuatu yang lebih baik, sikap seseorang bisa bermacam-macam. Seorang yang konvensional yang telah nyaman dengan berbagai tradisi yang sudah mapan merasa tidak perlu berubah, toch segala sesuatu yang ada sekarang dirasakannya baik-baik saja. Pada titik ekstrim yang lain seorang yang progresif merasa perubahan harus bahkan mutlak agar tetap eksis dan bisa jauh lebih maju. Bagi kaum moderat cenderung bertindak ditengah, kalau berubah ya jangan terlalu ekstrim, apa yang masih bisa dipertahankan ya dipertahankan, kalau pun harus berubah harus dilakukan secara gradual.

Ada pula yang menganggap transformasi sebagai sebuah keharusan karena adanya ancaman yang akan menghancurkan eksistensi organisasi apabila tidak segera berubah. Maka dalam menghadapi situasi seperti ini dapat muncul perilaku seperti Cicak, Pelanduk atau Buaya.

Cicak biasanya akan merayap namun pasti, akan bergerak di dinding yang terjal, tidak peduli bagaimana tingginya sebuah dinding. Kakinya menancap secara erat, dia bergerak secara pasti menuju ketinggian. Ketinggian adalah sebuah harapan, merayap adalah gerakan yang pasti. Cicak perumpamaan bergerak pasti meraih harapan. Ini merupakan salah satu bentuk sikap seseorang dalam menghadapi perubahan, bergerak kearah pencapaian harapan yang positif.

Ada juga yang bersifat bagaikan Pelanduk. Saat ada ancaman berupa perubahan maka ia akan berlari sekencang-kencangnya menjauhi perubahan tersebut. Ia cenderung mencari selamat dan menghindari tersentuh perubahan yang ada. Lakon seperti itu dapat pula disaksikan sehari-hari dilingkungan kita. Terlihat sebagai perilaku orang yang enggan tersentuh dengan perubahan, bahkan berlari menjauhi dan cenderung cari selamat.

Perilaku berikutnya adalah bagaikan buaya. Buaya dapat hidup di air dan darat. Saat tertentu ia berada di air dan kadangkala muncul di darat. Ia ke darat mencari mangsanya dengan cara mengendus-endus. Jika ada ancaman ia berlari ke air menyelam, berlindung bersama teman-temannya mencari selamat. Setelah aman, muncul lagi ke darat dan dengan licik memangsa korbannya dengan menerkam secara tidak terduga. Dalam perubahan ada pula orang yang berperilaku bagaikan buaya. Pada hakekatnya mereka menolak perubahan, namun dengan licin menghindari perubahan dan bila ada kesempatan akan menerkam perubahan itu sendiri. Perubahan akan dianggap ancaman, buaya berusaha mematikannya.

Demikianlah dalam menghadapi transformasi atau perubahan ada yang berperilaku seperti cicak, pelanduk dan buaya. Saat ini siapa Cicak, siapa Buaya sudah jelas, namun siapakah yang menjadi Pelanduknya? Adakah yang bisa menjelaskan?

SDM INDONESIA

Mochtar Lubis dalam salah satu bukunya menyebutkan tentang ciri-ciri manusia Indonesia yang diantara bersifat munafik, pemalas, berpikir jangka pendek dan berbagai ciri lainnya yang cenderung negatif. Sebagian orang setuju dengan penilaian tersebut. Faktanya memang terlihat SDM Indonesia jauh terpuruk, tidak perlu jauh-jauh membandingkannya. Bandingkan saja dengan tetangga kita Malaysia, Singapura, Thailand, Filifina. Bahkan dengan Vietnam yang baru selesai perang saudara-pun kita masih tertinggal. Bahkan katanya sebentar lagi pun kita akan disalip Kamboja.

Coba kita perhatian tentang posisi kualitas SDM Indonesia berdasarkan Human Development Index (HDI). HDI adalah index untuk mengukur kualitas SDM suatu Negara apakah tergolog Very High, High, Medium atau Low Human Development. HDI mengukur berdasarkan beberapa criteria seperti tingkat harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup. Pada tahun 2009 dari 182 negara diseluruh dunia Indonesia menduduki ranking 111.

Negara gemah ripah loh jinawi ini yang bergelimang kekayaan alam dan populasi penduduk nomor lima dunia, untuk mencapai 100 besar negara dunia sekalipun tidak mampu. Bahkan yang mengerikan untuk urusan korupsi kita menduduki peringkat yang tergolong atas. Untuk kemudahan investasi kita kalah jauh dibandingkan Negara tetangga.

Ini semua terkait dengan kualitas SDM Indonesia. SDM adalah seseorang yang siap, mau dan mampu memberikan sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan organisasi (the people who are ready, willing to able to contribute to organizational goals). Jika Indonesia adalah suatu organisasi yang cukup besar sebagai bentuk Negara, maka SDM Indonesia adalah orang yang siap, mau dan mampu memberikan sumbangan untuk pencapaian tujuan Negara. Jelas tujuan Negara Indonesia termaktub dalam Mukaddimah UUD 1945 yang dikristalisasikan dalam Pancasila yang tujuan akhirnya adalah mencapai Masyarakat Adil dan Makmur.

Dengan kisaran angka kemiskinan yang cukup tinggi sekitar 30%, tingkat pengangguran yang tinggi dan kualitas lulusan pendidikan yang rendah akan menghasilkan SDM yang tentunya tidak akan kompetitif.

Pilar paling penting untuk membangun SDM adalah pendidikan. Namun, kita pun cukup prihatin dengan kualitas lembaga pendidikan kita. Lihat saja peringkat Perguruan Tinggi Indonesia dibandingkan dengan negara lain, baik untuk level dunia internasional maupun level Asia, peringkat Perguruan Tinggi Indonesia masih memprihatinkan.

Dari 500 Perguruan Tinggi ternama di dunia Indonesia hanya berhasil memasukkkan 3 Perguruan Tinggi dan tidak ada yang berhasil masuk 100 besar. Universitas Indonesia hanya peringkat 201, Universitas Gadjah Mada peringkat 250 dan Institut Teknologi Bandung peringkat 351. Untuk skala Asia hanya 8 Perguruan Tinggi Indonesia yang berhasil masuk, yang tertinggi diraih oleh Universitas Indonesia yang berada pada peringkat 50 Asia. Bandingkan dengan negara tetangga kita untuk ukuran dunia University of Singapore berada diperingkat 30, Chulalongkorn University di Thailand peringkat 138, Universitas Malaya Malaysia peringkat 180.

Tampak dari peringkat Perguruan Tinggi tersebut kita kalah bersaing sekalipun dengan negara tetangga yang notabene dulu masih tertinggal dibandingkan dengan Indonesia. Apa yang salah? Hal apa yang membuat kita mundur atau barangkali tidak maju-maju? Apakah karena budaya, sistem atau mismanagement dalam pengelolaan negara ini?

Mochtar Lubis mencurigai adanya faktor budaya feodalisme yang mungkin menghambat kemajuan manusia Indonesia. Ada pula yang menyalahkan faktor alam yang membuat manusia Indonesia manja dan malas. Secara sosial sikap kekeluargaan dan berlindung dibalik kelompok dikecam sebagai sebab yang membuat kita tidak mandiri dan tidak siap berkompetisi.

Sebetulnya alasan-alasan tersebut diatas tidak relevan. Negara tetangga kita yang kondisi budaya, sosial dan alam tidak jauh berbeda dengan Indonesia, tetapi mereka mampu tampil melejit.

Jika ada yang mengatakan negara kita terlalu luas, penduduknya terlalu banyak sehingga sulit mengelolanya, hal ini pun dapat dibantah. Lihatlah China, India, Brazil negaranya lebih luas, tetapi mampu meraih kemajuan yang sampai pada tingkat mampu menyaingi Barat.

Berdasarkan observasi melihat kemajuan negara-negara tersebut diatas tampaknya adanya seorang tokoh luar biasa yang mampu menggerakkan SDM negara tersebut. Lihatlah Deng Xiao Ping di Cina, pemimpin India dan Brazil, Lee Kuan Yew di Singapore dan Raja Bhumibol Aduljadej sebagai Raja yang dicintai rakyatnya di Thailand. Mereka semua menjadi energi penggerak yang luar biasa bagi bangsanya.

Kita tentu sangat berharap kepada Presiden Indonesia sekarang Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mampu mengambil peran tersebut. Periode pertama Kepresidenannya 2004-2009 telah sukses dilalui. Harapan besar kita sematkan untuk periode 2009-2014. Tetapi semua itu memerlukan sikap pantang meyerah, persatuan dan kebersamaa serta menjaga jati diri bangsa. Kata-kata ini diucapkan SBY pada saat penyelenggaraan National Summit. Sikap seperti itu pula yang ditunjukkan oleh negara-negara yang telah maju termasuk tetangga kita yang telah lebih maju dari kita.

Dapatlah kita sebutkan bahwa salah satu faktor penting untuk membawa kemajuan bangsa adalah adanya pemimpin yang memiliki visi, cerdas dan berkarakter. Namun, untuk menunjang kemajuan diperlukan pula suatu sistem yang kuat seperti kepastian hukun, iklim investasi yang menunjang dan berorientasi pada teknologi. Berikutnya sistem pendidikan yang mampu membangun manusia unggul, pengelolaan sumber daya alam yang tepat. Sebagai pendukung diperlukan Sistem Ketahan Enerji dan Pangan yang mampu membuat kita mandiri dan tidak tergantung pada negara lain.

Kita berharap semoga tesis Mochtar Lubis tentang manusia Indonesia yang bersifat negatif untuk sekarang dan kedepan tidak terbukti lagi. Dan optimislah bahwa kita akan menjadi bagian dari negara-negara maju dunia pada suatu waktu nanti. Semoga.

Selasa, 10 November 2009

BERAPA SAYA HARUS DIBAYAR?

Pada hari Sabtu 7 November 2009 Penulis memberikan presentasi dihadapan para Mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang. Hadir lebih kurang 300 mahasiswa yang sebagian besar memasuki tingkat akhir dan segera menyelesaikan studinya sehingga harus mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja.

Penulis memberikan materi berkaitan dengan Job Interview yang kemudian dilanjutkan dengan simulasi interview. Hal ini diawali dengan menjelaskan apa itu interview. Interview sesungguhnya adalah proses komunikasi, merupakan bagian yang penting dalam seleksi. Interview juga merupakan suatu sesi pertemuan formal antara calon karyawan dengan pewawancara yang mewakili perusahaan atau organisasi kerja. Jadi dapat disebut bahwa interview merupakan suatu proses seleksi dengan meggunakan metoda komunikasi untuk menentukan apakah seorang calon sesuai dengan posisi yang ditawarkan.

Tujuan dari Job Interview adalah untuk mengetahui kepribadian seorang calon, memperoleh informasi tambahan yang mungkin tidak tercantum dalam riwayat hidup, untuk mengamati bagaiman keterampilan dan kemampuan yang bersangkutan sekaligus merupakan konfirmasi terhadap hasil tes lainnya seperti psikotes. Tujuan utamanya adalah untuk melihat kesesuaian antara kualifikasi pelamar dengan tuntuntan fungsi tugas yang dipersyaratkan. Secara ringkas dapat dikatakan tujuan interview untuk menemukan calon karyawan yang sesuai dengan kualifikasi jabatan, fungsi jabatan, visi-misi-tujuan organisasi.

Dalam interview umumnya akan dilihat bagaimana tampilan umum seseorang, wawasan dan kemampuan intelektual, sikap kerja dan kepribadiannya secara utuh. Interview ini juga dapat dikatakan sebagai sesi pamungkas dalam suatu proses seleksi. Dan umumnya sebagai besar peserta seleksi sering sekali gagal dalam interview. Dalam presentasi ini penulis menyampaikan beberapa tips untuk menghadapi interview.

Beberapa tips yang penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Cari informasi yang lengkap tentang perusahaan tersebut.
2. Pelajari tentang deskripsi tugas atau posisi yang ditawarkan.
3. Pelajari cara menjawab yang benar.
4. Buat catatan tentang pengalaman dan kemampuan anda.
5. Berpakailan secara rapi, sopan dan pantas.
6. Tunjukan minat dan antusiasme.
7. Tampillah secara alami dan atasi ketegangan atau rasa cemas.
8. Bersikap aktif namun proporsional.

Setelah presentasi dan simulasi dilakukan tanya jawab. Banyak pertanyaan yang diajukan mahasiswa. Salah satu pertanyaan yang paling menarik adalah ”jika kita ditanya berapa gaji yang diinginkan, bagaimana harus menjawabnya?”

Saya kira pertanyaan tersebut cukup cerdas dan umum muncul dalam suatu interview. Jawaban terhadap pertanyaan akan sangat menentukan bagaimana gambaran calon dan sekaligus menjadi penilaian yang penting bagi pewawancara tentang calon tersebut. Pertanyaan ini juga jika dijawab secara tidak hati-hati akan dapat merugikan posisi calon. Jadi bagaimana kita harus menjawabnya?

Penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Pelajari sebelumnya tentang rentang gaji yang diterima untuk posisi yang ditawarkan dikaitkan dengan kompetensi dan pengalaman seseorang.

2. Cari informasi tentang berapa umumnya gaji yang diberikan diposisi tersebut sesuai dengan aturan perusahaan yang akan dimasuki (bisa dengan mencari tahu dari perusahaan sejenis, bertanya sebelumnya kepada karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut atau jika memungkinkan minta masukan dari konsultan tenaga kerja).

3. Berdasarkan kedua informasi diatas anda bisa menyebutkan angka yang moderat (angka rata-rata) dari rentang gaji yang sesuai.

4. Jika kedua informasi diatas tidak anda miliki namun anda sangat berminat bekerja diperusahaan tersebut, anda sampaikan saja bahwa anda akan mengikuti kebijakan perusahaan dan sebutkan anda yakin bahwa perusahaan akan memberikan gaji yang pantas sesuai dengan kemampuan yang anda miliki.

5. Jika anda seorang freshgraduate dapat ditambahkan bahwa fokus anda yang utama adalah mencari pengalaman dan mencari kesempatan untuk mengimplementasikan ilmu anda sebaik-baiknya, mengenai gaji diserahkan kepada mekanisme dan peraturan perusahaan dan sebutkan bahwa anda yakin perusahaan akan mampu menghargai anda secara baik.