Rabu, 25 Februari 2009

NARSIS, NARSISISTIK, NARCISSISM


Terminologi narsis, narsisistik, narcissism agak ngetrend belakangan ini. Terutama sejak orang dari berbagai kalangan nampang di facebook atau membuat blog pribadi. Narcissism menurut James Drever adalah suatu bentuk kecintaan diri yang ekstrim. Dianggap oleh para ahli psikoanalisis sebagai fase awal perkembangan psikoseksual dimana objeknya adalah diri sendiri. Merupakan suatu bentuk cinta diri yang berlebihan, memperhatikan diri sendiri secara eksesif.

Pribadi narsis melihat dirinya sebagai titik sentral obyek yang dicintai. Sering muncul dalam bentuk perilaku seperti memandang wajah dalam cermin secara berlama-lama, menampilkan potret diri secara berlebihan, menceritakan diri sendiri, mengagumi hal-hal yang terkait dengan diri sendiri.

Nah, bagaimana sekarang dengan calon legislatif atau calon kepala daerah dan sejumlah politisi yang suka nampang diberbagai poster berukuran raksasa apakah tergolong narsis juga? Poster mereka yang berukuran raksasa yang terkadang menganggu pemandangan dan bahkan menganggu lalu lintas memperlihat wajah mereka dengan berbagai tampang mulai dari yang sangat "pd", berwibawa, lugu, genit, atau wajah yang kelihatan seperti rakus alias tamak bin serakah. Tulisan yang terpampang dalam poster penuh dengan janji. Mereka dengan sangat yakin merasa paling bersih, paling peduli rakyat, dan paling ... paling ... yang lainnya.

Apakah mereka tergolong narsis? Mari kita teliti dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah mereka menampilkan diri secara berlebihan?
2. Apakah mereka terlalu menganggungkan diri secara berlebihan?
3. Apakah mereka menyampaikan janji secara berlebihan?
4. Apakah mereka terpaku pada dirinya sendiri?
5. Apakah mereka telah menempatkan dirinya sebagai obyek?

Jika semua jawaban tersebut adalah "YA" maka mereka patut diduga adalah seorang "NARSIS."

REWARD & RECOGNITION


Penulis tertarik membahas masalah ini karena saat ini ditunjuk sebagai Ketua Tim Pemberian Penghargaan untuk salah satu jenis penghargaan yang ada diperusahaan. Pemberian reward dan recognition merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan SDM. Pemberian reward/recognition atau penghargaan dan pengakuan ini merupakan wujud dihargainya eksistensi dan kontribusi karyawan didalam organisasi/perusahaan.

Menurut penulis prinsip utama dalam pemberian penghargaan adalah :

1. Adanya tujuan yang jelas terhadap pemberian sebuah penghargaan.
2. Adanya kesempatan semua karyawan untuk memperoleh hal tersebut, meskipun bentuknya berbeda-beda.
3. Pemberian penghargaan harus sejalan dengan kinerja organisasi/perusahaan.
4. Pemberian penghargaan dilakukan secara selektif dan dalam melakukan penilaian setidaknya mempertimbangkan 4 hal, yaitu : Kinerja yang bersangkutan, kinerja unitnya, kompetensi yang bersangkutan, dan yang penting mereka yang menerima penghargaan layak dijadikan role-model (suri tauladan).
5. Pemberian penghargaan mengandung unsur motivasi, memberikan tantangan dan berdampak positif terhadap lingkungan kerja.

Menurut Andrew Mayo dalam bukunya "The Human Value of the Enterprise" ada 4 pertanyaan mendasar dalam reward management, yaitu:

1. How should we determine an individual's base salary?
2. When and why should we increase it?
3. How would we want to utilize bonuses and incentives?
4. What would we want to recognize in an nonmonetary way, and how should we do it?

Pertanyaan tersebut diatas harus dijawab sebelum kita merancang secara komprehensif tentang reward management. Menurut Andre Mayo dalam "the value-creating organization" bahwa pemberian remunerasi terlebih-lebih lagi pemberian penghargaan harus merefleksikan pengakuan sekaligus menghargai "a person's human asset worth."

Selasa, 24 Februari 2009

IMAN, SYUKUR DAN SABAR


Persepsi seseorang terhadap hidup dan kehidupannya akan mempengaruhi bagaimana ia mengelola petensi dirinya dalam menghadapi problema kehidupan. Cara pandang seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi anthro-socio-psychologys. Namun, disamping itu yang sangat mendasar adalah faktor spiritual yang dalam dimensi terdalamnya adalah masalah keimanan.

Seseorang yang hanya melihat kehidupan duniawi sebagai satu-satunya kehidupan akan menggiring pada rencana hidup yang sangat singkat. Berbeda dengan mereka yang mempercayai adanya kehidupan lain setelah kehidupan dunia ini maka harapan berdimensi jangka panjang bahkan tanpa batas.

Setiap manusia dalam kehidupannya senantiasa dihadapkan kepada berbagai persoalan. Hal yang membedakan adalah respon terhadap persoalan tersebut. Peran pembeda yang sangat penting dipengaruhi oleh iman, sikap syukur dan sabar. Inilah yang menjelaskan kenapa di berbagai negara maju seperti Jepang, Singapore, Amerika atau Eropa angka bunuh diri jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara yang kehidupan beragamanya tumbuh subur walaupun kondisi perekonomiannya sulit.

Secara individu pun dapat dilihat mereka yang memiliki kualitas iman, syukur dan sabar memiliki mental yang lebih tangguh dibandingkan mereka yang tidak memiliki hal tersebut. Terapi secara psikologis akan lebih mudah dilaksanakan bagi mereka yang memiliki kualitas iman, syukur maupun sabar.

Mengapa urutannya Iman, Syukur baru kemudian Sabar? Jelas Iman merupakan fondasi dari seluruh perbuatan kita dan tentunya diurutan pertama. Kemudian Syukur diurutan kedua, karena sesungguhnya nikmat yang kita miliki jauh lebih banyak dari cobaan-cobaan yang ada. Bayangkan seluruh tubuh anda itu adalah nikmat. Mulai nikmat bisa bernafas, sampai nikmat mengeluarkan angin. Dan diatas segala-galanya nikmat hidup sendiri. Jadi syukur harus mendahului sabar. Kemudian baru sabar sebagai tameng dalam menghadapi pergulatan hidup dan menjadi ujung ketangguhan diri.

Iman dapat diartikan sebuah keyakinan terhadap sesuatu yang bersifat mutlak, sehingga seseorang percaya pada keyakinannya tersebut dan bertindak atas dasar itu. Iman yang paling penting adalah Iman terhadap Yang Maha Kuasa yang mengatur seluruh kehidupan ini, sehingga seluruh diluar batas kemampuan manusia diserahkan kepada Nya. Ini menjadi sumber kekuatan dalam hidup termasuk sumber kekuatan dalam mengatasi permasalahan hidup.

Syukur merupakan manifestasi sikap untuk berterima kasih secara tulus dan ikhlas terhadap apapun yang sudah diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Syukur akan menggiring pada sikap untuk merasakan apapun yang diperoleh sebagai suatu anugerah dan merupakan pemberian terbaik yang diperoleh dari Sang Maha Pencipta.

Sabar adalah sikap untuk menerima apapun yang terjadi dengan keyakinan bahwa segala peristiwa itu ada hikmahnya dan segala sesuatu itu terjadi atas sepengetahuan-Nya. Sabar akan memberikan kekuatan mental untuk menghadapi berbagai permasalahan dengan sikap optimis bahwa segala permasalahan itu ada jalan keluarnya.

Kristalisasi Iman, Syukur dan Sabar dalam menghadapi permasalahan dan tekanan hidup mengejawantah dalam sikap sebagai berikut :

1. Tuhan yang memberikan bahaya dan kebaikan, tidak seorang pun dapat menghalanginya.

2. Tuhan tidak akan pernah menguji hal-hal diluar batas kemampuan kita.

3. Kemampuan yang kita miliki yang merupakan anugerah Tuhan dan sesungguhnya kemampuan yang kita miliki tersbut melebihi dari apa yang kita perkirakan.

4. Sedikit musibah/bencana adalah pencegah untuk munculnya bencana atau musibah yang lebih besar.

5. Sebuah bencana/musibah akan melatih kita untuk semakin kuat dan tabah sehingga mampu mengambil beban dan tanggung jawab yang lebih besar dikemudian hari.

6. Kita diberi rasa kecewa, cemas dan takut agar kita lebih dekat kepada-Nya.

7. Apapun yang terjadi sesungguhnya atas sepengetahuan-Nya. Itu bisa berupa ujian, musibah, petaka, atau peringatan tergantung dari bagaimana kita meresponnya.

8. Jangan pernah berputus asa dari Rahmat-Nya, berprasangka baiklah kepada-Nya. Sikap ini akan membangun enerji positif.

9. Apabila sesuatu sudah terjadi itu adalah takdir dan pasti ada hikmahnya. Hanya mereka yang beriman, syukur dan sabar yang mampu mengambil hikmah positif dari setiap peristiwa dan takdir yang terjadi.

10. Diatas segala-galanya sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan janganlah pernah berputus asa dari Rahmat-Nya. Sikap ini akan membangun ketangguhan mental dan menumbuhkan optimisme hidup.

Minggu, 22 Februari 2009

FENOMENA PONARI DARI TINJAUAN PSIKOLOGI


Hampir dua pekan terakhir kita menyaksikan fenomena dukun cilik yang disebut sakti mandraguna yaitu Ponari. Seorang bocah yang berusia 10 tahun yang berasal dari Balongsari Kecamatan Megaluh Jombang Jawa Timur. Konon katanya Ponari memiliki kesaktian setelah tersambar petir dimana ia mendapatkan sebuah batu yang mampu menyembuhkan segala penyakit. Selain Ponari saat ini muncul pula berbagai dukun cilik lainnya baik di Bangkalan, Jombang maupun daerah lain.

Dalam suatu analisis hal ini dapat disebut sebagai gejala messianisme, yaitu suatu fenomena sosial yang mempercayai adanya juru selamat yang membebaskan masyarakat dari penderitaan saat mengalami krisis. Disebut juga milleniarisme karena sang penyelamat memiliki kemampuan untuk membuka zaman baru.

Fenomena messianistik ini umum terjadi dalam masyarakat yang dilanda keputusasaan, hilangnya harapan pada pemimpin dan dalam tekanan sosial ekonomi yang sulit. Gejala ini umum terjadi dipelbagai belahan dunia dan merupakan gejala umum di Asia, Eropa termasuk Amerika.

Kita bisa melacak peristiwa mirip seperti ini beberapa kurun waktu kebelakang bahkan sampai dengan saat ini. Misalnya saja fenomena tentang Ratu Adil selalu muncul saat masyarakat dalam keadaan tertekan dan merindukan Sang Juru Selamat. Kehilangan harapan akan pemimpin riil memunculkan isu akan munculnya Satria Piningit. Ajaran yang disebut sesat yang marak dewasa ini boleh jadi merupakan fenomena messianistik pula.

Memang secara psikologis seseorang yang mengalami tekanan yang luar biasa akan menimbulkan kebutuhan untuk mencari figur yang mampu menyelamatkannya. Dalam konteks masyarakat akan membutuhkan figur sakti sebagai pemimpin yang mampu menyelesaikan seluruh permasalahan. Mana kala sumber-sumber kehidupan mengalami sumbatan, pemimpin yang tidak mengayomi, tekanan hidup yang semakin meningkat karena berbagai kebutuhan dan permasalahan akan mendorong sikap irasionalitas.

Kasus Ponari secara tampak luar memang hanya sekedar berdimensi permasalahan kesehatan. Namun, mereka yang datang tidak sekedar ingin mengobati penyakit tetapi juga disertai harapan lain yang bersifat sosio-ekonomi dan berharap Ponari mampu memberikan solusi terhadap segala permasalahannya.

Irasionalitas ini berkembang secara masif dan dapat dirunut melalui dinamika perkembangan psikologis sebagai berikut :

1. Adanya tekanan hidup masyarakat yang tidak tertanggulangi.

2. Tidak ada solusi yang memadai dalam permasalahan masyarakat baik dari segi sistem, infrastruktur atau dukungan sosial (misal sarana kesehatan yang tidak memadai atau pengobatan yang mahal, sistem pengobatan bagi keluarga miskin yang prosedurnya tidak jelas, berbelit-belit dan menyulitkan).

3. Harapan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahannya mulai bergeser dari kondisi objektif menjadi subyektif, dari rasional menjadi irrasional, dari menggantungkan diri pada pemimpin riil menjadi kepada pemimpin imajiner atau pemimpin yang ia ciptakan sesuai dengan harapannya (messias).

4. Mulai tumbuh kebutuhan untuk bergantung pada sesuatu. Mulai tumbuh sikap penokohan imajiner yang ditasbihkan pada tokoh tertentu karena peristiwa tertentu (dalam kasus Ponari disambar petir) yang dapat dijadikan tempat bergantung.

5. Secara dinamik mulai tumbuh sikap sugestif dan menjustifikasi keyakinannya sebagai kebenaran (misal dengan meyakini dirinya sembuh dari suatu penyakit). Secara berkelindan hal didukung oleh sang tokoh yang telah diberi label sebagai juru selamat dan secara massal memperoleh penguatan dari masyarakat yang tertekan tersebut.

6. Tokoh imajiner secara bertahap mewujudkankan diri sebagai tokoh riil.

7. Muncul institusionalisasi dari proses, sistem, struktur, personal dan sosial yang kemudian membangun budaya baru.

8. Terjadi proses pemantapan penokohan yang terus berlangsung secara irrasional dan subyektif.

9. Terjadi proses pengikatan yang semakin menguat antara Sang Tokoh, Pengikut dan Masyarakat pendukungnya.

10. Muncul komunitas atau masyarakat baru dalam kehidupan baru sampai dengan masyarakat baru ini akan runtuh manakala Sang Tokoh mulai mengalami kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pengikut dan masyarakatnya.

Proses tersebut akan terus berulang dalam kondisi masyarakat yang tertekan dan mengalami kebuntuan dalam mencari penyelesaian masalahnya. Pada saat bersamaan sistem, kondisi sosial dan ekonomi maupun infrastruktur tidak mampu memberikan solusi terhadap permasalahan masyarakat dan akan mencapai titik klimaksnya saat tokoh riil tersebut apakah tokoh masyarakat, agama, politik tidak mampu menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya dan gagal dalam memenuhi harapan maupun kebutuhan masyarakat.

HILLARY CLINTON DAN SIKAP PRAGMATIS BAGI CALON PRESIDEN


Hillary Clinton beberapa hari yang lalu berkunjung ke Indonesia selama dua hari. Indonesia adalah negara kedua yang dikunjungi Hillary setelah lawatannya ke Jepang. Hillary menganggap Indonesia memiliki posisi strategis sebagai negara muslim terbesar. Mengingat Amerika akhir-akhir ini memiliki sejumlah permasalahan dalam hubungannya dengan dunia muslim, tampaknya kunjungan Hillary ke Indonesia membawa sinyal keinginan Amerika untuk mendekati kalangan Islam.

Menilik riwayat Hillary semenjak ia menjadi first lady Amerika, sikapnya saat mencalonkan diri menjadi Presiden Amerika, upayanya untuk menjadi Wakil Presiden setelah gagal menjadi Calon Presiden dan terakhir menerima tawaran Obama untuk menjadi Menteri Luar Negeri, jelas memperlihatkan sikap pragmatis Hillary.

Respon Hillary saat menghadapi kasus suaminya Bill Clinton dengan Monica Lewsinky jelas memperlihatkan kedewasaannya sebagai seorang wanita, istri, ibu bagi putrinya Chelsea sekaligus sebagai ibu negara. Namun, yang sering luput dari perhatian orang adalah insting politiknya yang sangat jitu turut menyelamatkan karir politik suaminya dan sekaligus membagun fondasi yang kokoh bagi karir politiknya sendiri. Bill Clinton sendiri menyebut posisi istrinya tersebut sebagai "who gave me a life of love."

Terbukti kemudian dengan sikapnya yang sedemikian rupa Hillary memperoleh simpati yang luar biasa dari masyarakat luas dan ini adalah modal politik yang sangat berarti baginya. Seandainya Hillary dalam proses pencalonan Calon Presiden dari Partai Demokrat menghadapi calon lain yang bukan Obama dapat dipastikan Hillary akan menang. Dalam menghadapi Hillary pun Obama sebenarnya cukup kewalahan, tetapi memang waktu saat itu sangat berpihak kepada Obama. Setelah Obama terpilih, Hillary mencoba peruntungan politiknya untuk menjadi Calon Wakil Presiden namun kandas setelah Obama memilih Joe Biden. Setelah itu Hillary secara realistis menerima tawaran Obama untuk menjadi Menteri Luar Negeri dengan dukungan penuh suaminya Bill Clinton. Bukan tidak mungkin dimasa yang akan datang Hillary berpeluang untuk menjadi Presiden Amerika Serikat.

Kasus Hillary memperlihatkan bahwa sikap pragmatis terkadang diperlukan dalam berpolitik tanpa perlu menjadi munafik. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi politikus Indonesia termasuk para tokoh yang saat ini mendeklarasikan diri sebagai Bakal Calon Presiden, bahwa pada saatnya sikap pragmatis akan menolong karir politik anda. Karena pada hakikinya seorang politikus yang bermartabat akan bersikap "tidak bertanya tentang apa yang saya dapat, tetapi bertanya tentang apa yang dapat saya berikan untuk bangsa dan negara."

Sabtu, 21 Februari 2009

THOUGHTS ABOUT THINKING : BERPIKIR ITU PENTING & JELAS PERLU


Berpikir itu penting dan jelas perlu. Kita perlu memikirkan tentang pemikiran.

Agar kualitas hidup kita semakin meningkat kita perlu berpikir secara lebih baik. Strategi mental untuk berpikir secara lebih baik yang mampu mengubah hidup secara positif dapat dilakukan dalam 5 langkah sebagai berikut :

1. Big Picture Thinking : yaitu melihat segala sesuatu dalam gambaran besar dan holistik, kemudian munculkan gagasan brilian.
2. Focused Thinking : mengarahkan perhatian pada aspek penting dan strategis.
3. Creative Thinking : berpikir "outside the box" dan buat terobosan dalam pemikiran (berpikir diluar kebiasaaan).
4. Shared Thinking : berbagilah dengan orang lain melalui diskusi maupun pertukaran pemikiran lainnya.
5. Reflective Thinking : Belajar dari pengalaman masa lalu dan ambil manfaatnya sebagai modal untuk memahami masa depan secara lebih baik.

Dengan menjalankan kelima langkah tersebut diatas pemikiran kita akan lebih komprehensif, variatif dan tajam. Melalui proses berpikir anda lebih menguasai masalah dan akan lebih mampu meningkatkan kualitias hidup anda.

Banyak ahli yang sudah mengulas tentang masalah berpikir ini. Beberapa diantaranya menyebutkannya sebagai berikut :

RALPH WALDO EMERSON :
Everything begins with a thought.
Life consists of what a man is thinking about all day.

JOHN LOCKE :
What we think determines who we are. Who we are determines what we do.
The actions of men are the best interpreters of their thoughts.

JAMES ALLEN :
Our thought determine our destiny. Our destiny determines our legacy.
You are today where your thoughts have brought you. You will be tomorrow whre your thoughts take you.

WILLIAM ARTHUR WARD :
People who go to the top think deifferently than others.
Nothing limits achievement like small thinking; Nothing expand possibilities like unleashed thinking.

PAUL APOSTLE :
We can change the way we think.
Whatever things are true .... noble ... just ... pure ... lovely ... are of good report, if there is any virtue and if there is anything praiseworthy; think on these things.

ABRAHAM LINCOLN PRESIDENT AS KE 16, SEORANG MELANCHOLY


Abraham Lincoln (AL) adalah salah seorang tokoh besar yang aku kagumi, sama dengan Presiden Obama yang juga sangat mengagumi beliau. Bahkan Obama menggunakan Injil yang sama digunakan oleh AL saat diambil sumpah sebagai Presiden AS. Pada saat berkunjung ke Amerika aku menyempatkan diri mendatangi Lincoln Memorial di Washington DC dan mengunjungi rumah yang ia tempati saat menghebuskan ajalnya.. Aku sempat membeli beberapa buku tentang beliau dan diantaranya yang sangat menarik adalah "LINCOLN'S MELANCHOLY" yang bercerita tentang kepribadian AL dan ini sesuai dengan minat dan latar belakangku sebagai psikolog.

AL lahir pada tanggal 12 Februari 1809. Ia memimpin AS saat pada situasi yang paling sulit. AL menghadapi perang saudara di Amerika, berjuang melakukan persatuan dan mengakhiri perbudakan. Warisan kebijakannya adalah membuat semua warga setara dalam hukum dan membuka jalan bagi kulit hitam sebagai Presiden Amerika. Keberhasilan Obama berawal dari mimpinya Lincoln.

Tindakan fenomenalnya adalah saat Lincoln memperkenalkan Proklamasi Emansipasi 1863 yang akhirnya mampu menghapus perbudakan di AS. Setelah itu pada tahun 1964 ia terpilih kembali sebagai Presiden AS. Namun, ironisnya pada tanggal 14 April 1865 Lincoln ditembak dikepala oleh mata-mata konfederasi (mereka yang tetap menginginkan adanya perbudakan) yang bernama John Wilkes Booth, kemudian Lincoln meninggal pada keesokan harinya.

Dalam buku LINCOLN'S MELANCHOLY disebutkan bagaimana beratnya kehidupan yang dilalui oleh Lincoln. ia mengalami penghinaan, pelecehan, dan sejumlah kegagalan. Tekanan-tekan tersebut membuat ia depresi namun sekaligus kondisi depresi ini menimbulkan suatu enerji yang mendorong ia untuk mengatasi berbagai kekecewaan, puncak keberhasilannya (setelah berkali-kali gagal) adalah menjadi President AS yang ke-16 tepatnya pada tanggal 6 November 1860.

Tentang melancholy, Arthur S. Reber menyebutkan sebagai "the term refers to a pronounced depression with feelings of foreboding and a general insensitivity to stimulatiom." Memang tekanan hidup yang sedemikian rupa mempengaruhi pribadi Lincoln. Tekanan-tekanan ini membawa dirinya kearah situasi depresi. JP Chaplin, Ph.D menyebutkan depresi sebagai "a state of despondency characterized by feelings of inadequacy, lowered activity, and pessimism about the future." Tekanan yang menyebabkan depresi kemudian membentuk pribadi melankoli Lincoln. Namun, kemudian Lincoln dapat bangkit dan menjadikan tekanan yang ia alami sebagi suatu sumber kekuatannya. Pesimisme menjadikan ia sebagai orang yang sangat berhati-hati dan tekanan hidup membangun empatinya terhadap orang-orang yang menderita. Ia menjadi Pahlawan Penghapusan Perbudakan.

Untuk menggambarkan tentang Lincoln, berikut ini dicuplik sebuah ucapan yang menarik dari dirinya yang disampaikannya pada tanggal 11 Februari 1859 :

"The inclination to exchange thoughts with one another is probably an original impulse of our nature. If I be in pain I wish to let you know it, and to ask your sympathy and assistance; and my pleasurable emotions also, I wish to cummunicate to, and share with you."

TALENT WORKSHOP OLEH HCI

Selama dua hari Kamis-Jumat 19-20 Februari 2009 aku mengikuti Talent Workshop yang menghadirkan pembicara Allan Schweyer dari Human Capital Institute, Direktur HCGA Telkom Bpk. Faisal Syam dan Direktur SDM Unilever Indonesia Bpk. Yoseph Batanoa. Kegiatan ini berlangsung di Intercontinental Mid Plaza Hotel jakarta.

Dalam workshop tersebut dibahas tentang talent retention, talent development dan berbagai hal lain menyangkut talent management. Dalam era kompetisi saat ini maka masalah "war of talent" menjadi isu yang cukup penting. Antar perusahaan cenderung membajak para talent dari kompetitornya karena lebih efesien dan sekaligus efektif.

Nah, bagi perusahaan juga akan lebih murah apabila mampu mempertahankan talent-nya daripada dibajak oleh perusahaan lain konsekuensinya perusahaan harus mencari bahkan mengembangkan talent dengan biaya dan usaha yang tidak sedikit. Jadi mempertahankan jauh lebih baik ........... tapi itulah talent mereka juga tidak mudah untuk dipertahankan.

Beberapa kiat tentang cara mempertahankan talent adalah sebagai berikut :

1. Berikan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi mereka dan berikan tantangan diatas rata-rata.
2. Talent adalah unik dan spesifik, jadi jangan lakukan pendekatan umum kepada mereka, tetapi perlakukanlah mereka sesuai dengan keunikan dan spesifikasi mereka.
3. Beri kebebasan mereka untuk berkreasi.
4. Berikan reward dan recognition yang cukup bernilai.
5. Mereka harus merasa bahkan kontribusinya diakui dan dimanfaatkan oleh perusahaan/organisasi.

Pada kesempatan berikutnya akan dibahas secara khusus tentang "TALENT RETENTION" atau barangkali ada masukan dari anda para pembaca?

Minggu, 15 Februari 2009

EROBIA SEBAGAI SALAH SATU FOBIA

Erobia adalah salah satu jenis phobia yang sangat kompleks dan multidimensi. Disebut kompleks karena muncul dari sebuah latar belakang paranoia yang berkembang secara tendensius dan cenderung sangat subyektif. Multidimensi karena menyangkut berbagai aspek selain psikologi seperti politik, ekonomi, budaya, psikologi maupun masalah militer.

Erobia sesungguhnya merupakan ketakutan orang-orang Eropa (Barat termasuk Amerika, Australia) terhadap hal-hal yang berbau asing (xenophobia) khususnya Islam (Islamophobia). Untuk memahami Erobia ini ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan phobia.

Menurut JP. Chaplin, Ph.D, phobia is a strong, persistent, and irrational fear elicited by a specific stimulus or situation, such as a morbid fear of closed place. Sedangkan menurut Arthur S. Reber dan Emily Reber, phobia is any persistent fear of a specific stimulus object or situation. Dalam pengertian ini dapat dipahami bahwa phobia adalah suatu jenis ketakutan yang tidak masuk diakal dan tidak berdasar sama sekali.

Jadi Erobia dapat disebutkan sebagai ketakutan orang-orang barat terhadap hal-hal yang berbau asing khususnya Islam yang tidak dapat diterima oleh akal sehat dan tidak berdasar sama sekali. Mengapa sampai muncul Erobia? Jika dalam analisa psikologi kemunculan suatu phobia dapat dirunut secara jelas, namun Erobia tampak sedikit kompleks dan multidimensi sebagaimana penjelasan diatas tadi.

Untuk menjelaskan kenapa sampai muncul Erobia, kita dapat mengutip pendapat dari DR. Arndt Graf seorang Asisten Profesor untuk Bahasa dan Budaya Austronesia di University of Hamburg Jerman. Menurut DR. Arndt Graf setidaknya ada tiga penyebab munculnya Erobia, yaitu :

1. Adanya imigrasi yang intens di Eropa. Di beberapa negara Eropa imigran bertambah secara signifikan. Hal ini menimbulkan ketakutan yang serius bagi penduduk asli Eropa.
2. Terkait kebijakan luar negeri dan terorisme. Sejak kejadian WTC, isu terorisme menjadi hantu yang sangat menakutkan dunia barat.
3. Persepsi rendahnya status ekonomi dunia ketiga yang mayoritas Islam. Dunia Islam dipandang secara negatif oleh Barat.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengaruh media massa. Media massa di Eropa berperan dipelbagai sektor yang membentuk munculnya Islamophobia. Media massa di Barat sering menggambarkan para pendatang secara kurang seimbang, atau menyudutkan negara-negara berkembang secara negatif. Faktor lainnya adalah terjadinya dramatisasi yang berlebihan oleh media massa dalam menggambarkan kejahatan terorisme yang menurut mereka dilakukan oleh orang-orang dari negara berkembang. Media massa di barat sama sekali tidak mengulas faktor utama atau akar dari apa yang mereka sebut terorisme, yaitu kemiskinan dan ketidakadilan yang muncul akibat hegemoni barat dan sikap eksploitatif dunia barat terhadap negara-negara berkembang. Salah satu yang terpenting adalah menyangkut keadilan ditanah Palestina. Sejumlah pakar mengatakan bahwa penyelesaian masalah Palestina secara adil dimana Israel harus mundur dari semua tanah yang mereka duduki, akan mampu mengurangi sampai dengan 90% permasalahan terorisme internasional saat ini. Mungkinkah itu terjadi?

Jumat, 13 Februari 2009

COMPETENCY MODELS

Pagi tadi penulis dihubungi oleh salah satu konsultan manajemen dan psikologi yang menanyakan tentang COMPETENCY MODELS (CM). Penulis tertarik untuk mengulas hal ini, mengingat competency merupakan basis yang sangat penting dalam manajemen SDM.

Sebelum membahas tentang CM ada baiknya dipahami dulu apa yang dimaksud dengan competency. Banyak definisi yang mencoba menjelaskannya. Sebuah definisi dari The American Heritage Dictionary menyebutkan competency sebagai "the state or quality of being properly or well qualified."

Tentang CM, Anntoinette D. Lucia dan Richard Lepsinger menyebutkan sebagai berikut :

"A competency model describe the particular combination of knowledge, skills, and characteristics needed to effectively perform a role in an organization and is used as a human resource tool for selection, training and development, appraisal, and succession planning."

Kata kunci dalam pengertian diatas adalah to effectively perform a role in an organization. Sesuai dengan pemahaman ini dalam membangun CM haruslah dimulai dengan melakukan analisis terhadap visi dan misi organisasi. Kemudian setelah itu dianalisis objective strategy organisasi tersebut. Baru kemudian dilihat Key Performance Indicator (KPI) yang menjadi ukuran kinerja organisasi.

Dalam menyusun CM perlu pula mempertimbangkan masalah Corporate Culture meliputi value, believe serta behavior yang berkembang diorganisasi tersebut dan hal-hal yang menjadi ciri khas dari organisasi.

Sebagaimana disebut sebelumnya CM ini sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai alat untuk melakukan seleksi, pelatihan dan pengembangan, penilaian kinerja dan rencana suksesi yang tentunya juga meliputi juga masalah pengembangan karir.

Umumnya perusahaan yang memiliki manajemen SDM yang baik didukung oleh CM yang terintegrasi dan ukuran kesuksesannya terlihat pada kinerja bisnis atau organisasi tersebut.

Langkah-langkah dalam menyusun CM adalah sebagai berikut :

1. Tentukan tujuan dan ruang lingkup CM.
2. Klarifikasi tujuan dan standar implementasi.
3. Kembangkan rencana aksi.
4. Identifikasi variasi tingkat kinerja individu.
5. Tentukan metoda pengumpulan data.
6. Lakukan pengumpulan data.
7. Observasi kegiatan seluruh pihak dalam organisasi.
8. Kembangkan CM sementara.
9. Lakukan tes CM.
10.Analisa data baru dan analisa kembali CM.
11.Validasi CM.
12.Penetapan akhir CM.

ASSERTIVENESS

Dalam proses interaksi antara individu suatu hubungan yang sehat biasanya didasarkan pada kesamaan derajat, sikap saling menghargai dan membuka partisipasi setiap individu secara optimal. Namun, sering karena berbagai sebab kondisi itu tidak tercapai. Hal itu bias terjadi karena faktor budaya, sosial maupun psikologis. Apabila terjadi hegemoni antara satu individual terhadap individu lainnya atau bahkan terjadi eksploitasi dalam proses interaksi tersebut maka akan dapat menimbulkan relasi yang kurang sehat, bahkan akan membuat suatu pihak merasa tertekan.

Ketidakmampuan seorang individu untuk mengekspresikan atau mengatakan sesuatu sesuai keinginannya bahkan dengan terpaksa mengikuti keinginan orang lain akan membuat individu tersebut kurang mampu tampil secara optimal. Biasanya ini disebut dengan ketidakmampuan individu bersikap asertif.

Asertif dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk berekspresi dan bertindak sesuai dengan kemauan diri sendiri tanpa merugikan orang lain (Bayne, 1998). Berkaitan dengan ini ada pertanyaan mendasar yaitu seberapa mampu kita melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang kita inginkan dan seberapa mampu kita mendorong agar orang lain melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan kita.

Hal ini berhubungan bagaimana kita dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan tanpa merasa bersalah dan selaras dengan itu bagaimana kita dapat menghargai hak-hak orang lain.

Untuk memudahkan memahami asertif adalah dengan membedakannya dengan agresif, manipulatif dan pasif. Agresi adalah tindakan kasar yang mengabaikan hak-hak orang lain. Manipulatif adalah mengabaikan hak-hak orang lain dengan cara yang lebih halus, sedangkan pasif adalah kecenderungan untuk mengabaikan hak-hak kita sendiri. Maka asertif berada ditengah-tengah, manghargai hak-hak diri sendiri maupun orang lain.

Teori dan keterampilan asertif dalam terapi mememiliki beberapa aplikasi. Beberapa diantaranya menekankan tentang kesukaran yang dialami dalam melakukan hubungan sosial dan bagaimana strategi mengatasi stress.

Training asertif sering dilihat sebagai suatu teknik terapi perilaku yang mirip dengan pendekatan humanistik seperti untuk mendorong self actualization. Beberapa buku, trainer dan konselor memfokuskan pada keterampilan dan tehnik untuk meningkatkan self awareness.

Beberapa tips agar seseorang mampu bersikap asertif, yaitu sebagai beriku:

1. Memandang diri secara positif dan bersikap positif terhadap orang lain.
2. Menguasai diri, situasi dan topik yang akan dibicarakan.
3. Tidak serta merta menerima tanpa filter apa yang disampaikan orang lain. Kaji dan pikirkan tentang positif-negatifnya.
4. Yakinkan diri anda sebagai pribadi merdeka yang memiliki hak untuk menyampaikan keinginan anda dalam batas-batas norma yang berlaku.
5. Anda berhak diam, tidak setuju bahkan menolak hal-hal yang menurut pikiran dan nurani anda tidak benar.

Rabu, 11 Februari 2009

SEXUAL DYSFUNCTION

Sikap masyarakat terhadap seksualitas dewasa ini semakin terbuka dan muncul harapan agar kehidupan seksual dapat memberikan kepuasan yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hubungan.

Setiap orang pada dasarnya memiliki perasaan, sikap dan keyakinan tertentu terhadap kehidupan seksual, namun setiap pengalaman seksual adalah khas karena sangat tergantung dari perspektif personal. Perspektif berkembang dari pengalaman yang sangat pribadi dalam konteks kehidupan sosial seseorang. Adalah tidak mungkin untuk memahami kehidupan seksual tanpa mengenal lebih jauh berbagai aspek lain dari kehidupan seseorang.

Menurut Freud seks adalah dasar dari dorongan kehidupan. Namun, seks ini bersifat sangat khas untuk setiap orang dan muncul sebagai dorongan dalam berbagai bentuk. Berbagai perbincangan mengenai seks cukup berkembang dalam beberapa dasawarsa terakhir.

Penanganan masalah seksual melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti, diktor, perawat psikiater, psikolog, konselor maupun psikoterapis.

Mengenai disfungsi seksual banyak klasifikasi yang berkembang dari berbagai perspektif. Salah satu pengertian adalah menyangkut kesukaran berhubungan seksual diantara pasangan mengenai berbagai aspek dari kehidupan seksual.

Disfungsi seksual dapat terjadi karena faktor fisik ataupun psikologis atau karena faktor internal maupun eksternal. Untuk mendapatkan pemahaman yang utuh terapis harus mengajukan pertanyaan yang spesifik dalam rangka melakukan diagnosa.

Upaya-upaya untuk mengidentifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Masalah yang muncul : gejala dan lamanya.
2. Riwayat relasi : lamanya, keadaan sekarang dan tekanan yang mungkin terjadi.
3. Riwayat kehidupan sosial dan keluarga.
4. Riwayat fisik dan kesehatan.
5. Riwayat reproduksi untuk wanita seperti menstruasi, kandungan, kintrasepsi dan untuk pria seperti masalah kelamin dan kontrasepsi.
6. Kebiasaan merokok, alkohol atau kecanduan.

Formulasi diagnostik

Disfungsi pada wanita :
1. Kehilangan minat seksual.
2. Disfungsi orgasmic.
3. Vaginismus, ketegangan otot vagina sehingga penis sulit penetrasi.
4. Dyspareunia, sakit saat melakukan hubungan seksual.
5. Fobia terhadap seksual.

Disfungsi pada pria :
1. Kehilangan minat seksual
2. Ketidakmampuan ereksi.
3. Ketidakmampuan ejakulasi/orgasmic.
4. Fetishes.

Disfungsi pasangan :
1. Perbedaan minat.
2. Hambatan komunikasi.
3. Masalah relasi yang berpengaruh dalam kehidupan seksual.

Mendiagnosa secara awal penting dilakukan sebelum menentukan langkah penanganan. Berdasarkan ini akan dapat diperkirakan sejauh mana faktor fisik atau psikologis, internal atau eksternal berpengaruh.

Penting untuk disadari oleh setiap pasangan bahwa masalah seksual adalah sesuatu masalah yang wajar dan dapat dibicarakan antara pasangan tanpa harus disembunyikan. Untuk itu perlu diketahui bagaimana relasi antara pasangan selama ini, bagaimana situasi keluarga. Sikap dan harapan seseorang sangat berpengaruh pula terhadap kehidupan seksualnya.

Contoh kasus

Sebuah pasangan setengah baya mengalai permasalahan hilangnya minat untuk melakukan hubungan seksual. Pada saat wawancara diperoleh informasi bahwa mereka sebelum nya pernah menikah untuk beberapa tahun kemudian setelah ditinggal pasangannya hidup sendirian dan selanjutnya mereka berdua bertemu dan menikah. Kehidupan seksual mereka pada perkawinan yang pertama berlangsung normal. Saat ini mereka berusia 50 tahunan dan telah hidup bersama selama 5 tahun. Sikap mereka terhadap kehidupan seksual cenderung konservatif.

Menurut suami dalam usia setengah baya ini kehidupan seks bukan sesuatu yang penting lagi dan masalah ini bersifat sangat pribadi menurutnya. Selain itu ia mempunyai ketakutan tidak mampu ereksi dan ditolak oleh pasangannya. Sedangkan sang istri merasa sudah tidak menarik lagi sehinga merasa frustrasi dan depresi. Mereka tidak mampu membicarakan masalahnya secara bersama-sama karena itu bukan problem dan masalah seks dianggap hanya masalah orang muda. Mereka cenderung bersikap menghindar dan masing-masing menganggap pasangannya sudah tidak berminat.

Harapan mereka berdua terhadap perkawinan berbeda. Suami menganggap istrinya akan menghindari seks, sedangkan istrinya menganggap suaminyalah yang harus memulai seks. Istrinya enggan memulai karena kuatir dianggap memiliki dorongan seksual yang kuat sehingga akan dilecehkan oleh suaminya.

Terapis mencoba mengenali tentang sikap mereka dan harapan mereka dan menjelaskan kepada mereka tentang berbagai aspek dari kehidupan seksual dan mencoba memadukan keinginan dan tujuan mereka.

Selasa, 10 Februari 2009

ANXIETY

Pengertian
Berasal dari bahasa Latin, anxius sebagai terminologi mulai digunakan sejak tahun 1525, yang berarti suatu kondisi adanya agitasi (terhasut) dan distress (dukacita, kekuatiran , kesengsaraan). Atau berasal dari bahasa latin yang lain yaitu angere yang berarti tercekik.

Menurut James Drever :
Suatu keadaan emosi yang kronis dan kompleks dengan keterperangkapan dan rasa takut sebagai unsurnya yang paling menonjol, khusus pada berbagai gangguan syaraf dan mental.

Emosi : /perasaan, suatu keadaan yang kompleks dari organisme yang menyangkut perubahan jasmani yang luas sifatnya dalam pernafasan, denyut, sekresi kelenjar. Pada sisi kejiwaan suatu keadaan terangsang atau pertubasi (gusar/gangguan) ditandai oleh perasaan yang kuat dan biasanya suatu dorongan kearah suatu bentuk tingkah laku tertentu. Kalau emosi keras maka terjadi gangguan tertentu terhadap fungsi intelektualitas, suatu tingkat dissociation dan suatu kecenderungan kearah tindakan yang sifatnya tidak disaring atau protopathic.

Menurut JP Chaplin, Phd :
1.Suatu perasaan bercampur rasa takut dan kekuatiran tentang masa depan tanpa sebab yang jelas.
2.Suatu ketakutan kronis dengan derajat ringan.
3.Dalam kondisi berat menjadi rasa takut yang luar biasa.
4.Dalam bentuk lain merupakan suatu perilaku menghindar.
5.Ketidakmampuan memprediksi masa depan atau memecahkan masalah karena permasalahan sistem kontruksi individual.

Menurut Funk & Wagnalls, 1963 :
Suatu kondisi emosi yang mengalami ketegangan.

Pengertian dalam Webster’s Third International Dictionary, 1981 :
Suatu kondisi yang ditandai oleh simptom fisik seperti ketegangan, tremor, berkeringat berlebihan, hati bergetar dan meningkatnya denyut jantung.

Penyebab Anxiety :
1.Struktur mental/kepribadian yang lemah.
2.Konflik sosial maupun budaya yang tidak dapat ditoleransi oleh individu : konflik dengan standar sosial atau norma etis tertentu, overproteksi orang tua, anak yang ditolak, keluarga berantakan.
3.Penghayatan/pengalaman personal yang tidak menyenangkan yang direpres oleh individu (peristiwa traumatik).

Gejala Anxiety :
1.Sensory – Perceptual
a.Adanya kekaburan dan kebingungan.
b.Lingkungan dirasakan sangat berbeda, tidak realistis.
c.Perasaaan yang tidak realistis.
d.Kesadaran diri yang meningkat.
e.Sangat siaga.

2.Thinking Difficulties
a.Tidak dapat mengingat hal-hal penting.
b.Bingung.
c.Tidak mampu mengendalikan pikiran.
d.Sukar konsentrasi.
e.Blocking.
f.Sukar menalar.
g.Kehilangan objektivitas dan perspektif.

3.Conceptual
a.Distorsi kognitif.
b.Takut kehilangan kontrol diri.
c.Takut tidak mampu mengatasi sesuatu.
d.Takut sakit atau mati.
e.Takut menjadi gila.
f.Takut dinilai negatif.
g.Suka kaget dengan hal-hal visual.
h.Timbulnya gagasan yang menakutkan secara berulang.


Fungsi Anxiety :
1.Untuk adaptasi. (persiapan & perencanaan).
2.Strategi dalam merespon ancaman. (sbg alarm).
3.Mekanisme survive : reflexes, defensive patterns.

Penanganan Anxiety :

AWARE Strategi ;

1.Accept the anxiety.
Terima suatu kecemasan dengan tangan terbuka, saya menerima kecemasan dengan senang hati, ia tidak menganggu saya. Jangan dilawan.

2.Watch your anxiety.
Jangan membuat penilaian bahwa sesuatu itu baik atau jelek. Jaga jarak dengan kecemasan, kecemasan bukan anda, semakin jauh anda mampu menjaga jaraj dengan kecemasan semakin anda mampu menjaganya. Lihat pada pikiran, perasaan dan tindakan anda dan jadikanlah ia sebagai sahabat, namun jangan lakukan secar berlebihan, lakukan biasa-biasa saja..

3.Act with the anxiety.
Bertindak secara normal seolah-olah anda tidak merasa cemas, bersikap santai dan bernafas secara normal.

4.Repeat the steps.
Ulangi langkah 1 s/d 3 sampai anda merasa nyaman.

5.Expect the best.
Umumnya kecemasan selalu ada dalam batas normal (ingat fungsi kecemasan, ada nilai positifnya). Jangan kaget jika diwaktu yang akan datang anda akan cemas lagi, untuk itu anda harus berbangga bahwa anda telah mampu mengatasinya dimasa lalu. Tempat diri anda untuk selalu siap menerima kecemasan dan anda mampu mengendalikannya bukan menghindarinya, karena semakin menghindar semakin cemas.


KECEMASAN & KETAKUTAN

Kecemasan berbeda dengan ketakutan dalam hal bahwa kecemasan merupakan suatu proses emosional sedangkan ketakutan adalah proses kognitif. Artinya ketakutan muncul karena adanya penilaian secara intelektual terhadap ancaman tertentu, sedangkan kecemasan merupakan respon emosional dari suatu penilaian tertentu. Saat seseorang mengatakan bahwa ia takut pada umumnya ia melihat sesuatu objek mengancam yang jelas. Seseorang yang takut terhadap apa yang terjadi dimasa depan, hal ini dapat disebut sebagai sesuatu yang laten. Seseorang yang cemas mengalami penghayatan subjektif terhadap emosi yg tidak menyenangkan seperti rasa susah, tegang atau senewen yang mengakibatkan detak jantung meningkat, berkeringat, tremor. Ketakutan muncul pada saat individu berpeluang baik secara fisik maupun psikologis menghadapi suatu situasi yang mengandung ancaman. Saat ketakutan muncul seseorang mengalami rasa cemas. Jadi ketakutan merupakan sautu hasil penilaian terhadap adanya bahaya sedangkan kecemasan adalah perasaan tidak menyenangkan saat munculnya rasa takut. Kecemasan dapat dikatakan juga sebagai suatu kumpulan simptom yang bervariasi yang berkaitan dengan sistem syarat otonomic dan somatic yang dapat muncul secara bersamaan.

CHANGE, CULTURE & LEADERSHIP

Hari ini Selasa 10 Februari 2009 pada kegiatan Rakor HR Center dengan topik "HR as Culture & Change Stewards" dimana topik ini dikutip dari buku terbaru pakar HR yaitu Dave Ulrich tentang "HR Competencies." Dalam kegiatan ini aku berkesempatan mengikuti sharing yang disampaikan oleh Bapak Palgunadi T. Setiawan (PTS). Menurut PTS culture dan change saling terkait karena budaya itu sesungguhnya hidup dan berubah serta perubahan itu akan memperkaya budaya.

Suatu perjalanan perubahan atau The Journey of Change menurut PTS akan berhasil apabila melibatkan hal-hal sebagai berikut:

1. Have a dream
2. Know the path.
3. Have abundance of love.
4. Take the chances.
5. Enjoy the journey.
6. Control your destiny.
7. Have good fights.
8. Live the mystery.

Keberhasilan melakukan hal tersebut diatas sangat terkait dengan perilaku, dan dalam konteks yang lebih luas menyangkut masalah budaya. Budaya yang baik dibalut oleh dimensi spiritualitas. Perubahan dan pemantapan budaya memerlukan pemimpin sebagai acuan yang dapat dijadikan role model.

Tentang pemimpin disebutkan bahwa pada intinya memimpin itu adalah menyegerakan suatu tindakan dan itu dimulai dengan pengambilan keputusan yang tepat. Pada prinsipnya memimpin adalah sebagai berikut :

1. Memimpin adalah meneladankan.
2. Memimpin adalah menganjurkan.
3. Memimpin adalah mengharuskan.

Satu-satunya tugas memimpin yang tidak bisa didelegasikan adalah mengambil keputusan. Banyak dosa pemimpin yang menimbulkan malapetaka karena ketidakmampuan mengambil keputusan. Dosa-dosa pemimpin tersebut adalah sebagai berikut :

1. Berhutang keputusan.
2. Menunda atau tidak bersedia mengambil keputusan.
3. Keliru memutuskan.
4. Tidak bertanggungjawab dengan keputusannya.
5. Membuat keputusan yang saling bertolak belakang.

Membuat keputusan terbaik dalam rangka menuju perubahan yang lebih baik dan membangun budaya yang luhur adalah tugas utama pemimpin.

Mengutip PTS, menurutnya dari 10 orang, maka biasanya ada 1 orang sipembuat masalah, 2 orang sipenyelesai masalah dan sisanya 7 orang sebagai orang-orang munafik. Tugas pemimpin adalah mengubah yang 1 orang tadi dan memastikan yang 7 orang tidak bergabung dengan yang 1 orang tetapi mengikuti yang 2 orang, sehingga semua orang tadi berubah menjadi yang 2 orang sebagai sipenyelesai masalah. Inilah esensi melakukan perubahan dan membangun budaya luhur. Ini yang menjadi "main-mission of leadership."

Senin, 09 Februari 2009

OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD)

Sesuai dengan janjiku dalam artikel sebelumnya yang berjudul "MEMBACA DAN MENULIS" aku akan menulis artikel tentang Obsessive Compulsive Disorder. Berikut ini tulisan tentang hal tersebut.

Menurut J.P. Chaplin, Phd. Obsession-compulsice neurosis adalah psikoneurosis yang ditandai oleh sering dan menetapnya suatu ide-ide yang sebetulnya tidak diinginkan dan impuls yang mendorong perilaku kompulsi bersifat irasional dan stereotype serta ritualistik. Hal ini sebagai reaksi terhadap suatu kecemasan atau mengatasi rasa bersalah. Sebagai suatu contoh tindakan mencuci tangan secara berulang-ulang merupakan refleksi dari kecemasan dan rasa bersalah akibat melakukan masturbasi.

Sedangkan menurut James C. Coleman Obsessive-compulsive neurosis adalah gangguan yang ditandai oleh adanya dorongan, pikiran dan tindakan yang mengganggu dan menetap namun sebetulnya tidak diinginkan.

Ada juga yang disebut denga Obsessive-compulsive personality, yaitu gangguan kepribadian yang ditandai oleh adanya perhatian yang berlebihan yang melekat pada diri seseorang terhadap suatu nilai-nilai etis tertentu.

Ciri-ciri umum :
1.Orang OCD menderita karena ada suatu gangguan dari suatu obsesi atau kompulsi yang menetap. Obsesi atau kompulsi adalah suatu hal (ide maupun aktivitas) yang mengganggu, menyita waktu dan terjadi berulang-ulang dalam kegiatan sehari-hari.
2.Obsesi mengacu pada pikiran, perasaan, ide, imaji atau impuls yang menyerang kesadarn seseorang. Obsesi adalah suatu bentuk gangguan yang bersifat absurd dan irasional dan berbeda dengan rasa kuatir pada umumnya akibat adanya masalah yang nyata.
3.Meskipun demikian biasanya orang merasakan obsesi sebagai sesuatu yang tidak masuk diakal, namun meereka mengalami suatu rasa cemas yang dahsyat. Untuk mengatasi kecemasannya tersebut mereka melakukan aktivitas yang bersifat ritualistik atau tindakan mental yang berulang. Kegiatan ini dikenal sebagai kompulsi.
4.Sebagian besar orang dengan OCD mencoba bertahan dengan sikap kompulsinya meskipun kelihat bodoh dan menggelikan atau tidak berhubungan dengan suatu upaya untuk mencegahnya. Sekalipun demikian orang yang menderita OCD melalui kegiatan kompulsinya merasa mamupu mengatasi kecemasan atau minimal menguranginya.

Gejala OCD yang dapat diamati :
1.Obsesi meliputi pikiran tentang adanya kontaminasi/keracunan, merasa digagahi, kecelakaan atau kehilangan sehingga mereka butuh upaya untukmengatasinya.
2.Kompulsi biasanya terdiri dari 3 kegiatan yaitu mencuci, menghitung dan memeriksa. Mencuci dilakukan secara berulang-ulang karena merasa terkontaminasi oleh kuman atau racun tertentu. Menghitung berulang-ulang dilakukan terhadap suatu objek, frekuensi atau menghitung jumlah suatu kegiatan. Memeriksa berulang-ulang seperti memeriksa pintu apakah sudah terkunci, jendela, ban mobil, untuk mengetahui apakah sesuatu sudah aman. Hal ini dilakukan karena merasa mengalami kecemasan akibat kelupaan untuk melakukan sesuatu yang dapat berdampak merugikan atau berbahaya bagi dirinya.
3.Kompulsi lainnya dapat terlihat dalam bentuk berdoa yang berlebihan, meraba, memakai suatu atribut pakaian tertentu, melakukan hal-hal lain yang tidak biasanya seperti mengumpulkan suatu benda tertentu dan berbagai variasi dari kegiatan ritual yang tidak biasanya. Kegiatan ini kadang-kadang bercampur dengan perilaku yang dianggap sebagai “tahyul.”
4.Sebagian penderita depresi mengalami OCD pula.
5.Memiliki kepedulian tinggi terhadap diri, sebagian besar penderita OCD tidak menampilkan perilaku kompulsi sebelum adanya serangan penyakit.

Suatu contoh OCD, seorang wanita merasa selalu ada pecahan kaca didalam makanannya sehingga setiap akan makan ia selalu memeriksa makanannya apakah didalamnya ada pecahan kaca atau tidak. Seorang pria selalu mengalami ketakutan saat meminum kopi karena merasa adanya jarum didalam gelas. Setiap akan minum ia harus memeriksa ulang gelasa dengan menuangkan airnya sampai 4 kali untuk memastikan bahwa tidak ada jarum didalam gelasnya.

Kadang obsesi ini muncul sedemikian kuatnya sehingga penderita merasa sedemikian terganggu. Seorang pria harus memeriksa pintu rumahnya berkali-kali setiap malam. Ia mengganjal pintu dengan kursi dan melakukan kegiatan pengamanan lain yang berlebihan. Saat ditanya mengapa ia melakukan itu, ia tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan.

Bentuk lain adalah kleptomania dimana adanya dorongan yang tidak terkendalikan untuk mencuri. Perilaku kleptomania berbeda dengan pencurian biasanya karena dilakukan tanpa alasan yang jelas, seperti orang kaya yang mencuri barang-barang yang sebetulnya mampu ia beli. Ketika ditanya kenapa mencuri ia tidak dapat menjawabnya dan hanya mengatakan saya tidak tahu, tidak dapat menjelaskan, dan saya hanya merasa adanya dorongan untuk melakukan itu dan saya lakukan.

Bentuk lainnya ialah pyromania, yaitu dorongan untuk melakukan pembakaran. Perilaku ini sangat membahayakan orang lain. Namun, pelakunya tidak memiliki alasan yang jelas, ia hanya merasa adanya dorongan membakar maka iapun melakukannya.

Teori Obsesi Kompulsi (George W. Kisker)

Saat ini OCD dianggap sebagai suatu bentuk pola-pola reaksi yang dipelajari. Hal ini merupakan bentuk untuk mencari pemenuhan terhadap kebutuhan individu. Pemuasan ini dilakukan secara berulang dan memperkuat perilakunya untuk terus mempertahankan perilaku tersebut. Pada saat kognisi dan lingkungan diasosiasikan dengan perilaku tersebut, kemungkinan perilaku menjadi adaptif secara substansial semakin meningkat.

Penjelasan tersebut dapat dicontohkan dengan obsesi-kompusi pyromania (pembakaran). Perilaku ini digambarkan sebagai suatu bentuk reaksi pembalasan yang muncul akibat kebutuhan untuk memuaskan pikiran merusak atau sikap agresif. Kepuasan setalah melakukan pembakaran merupakan fakto penguat untuk memunculkan perilaku membakar secara berulang. Tindakan balas dendam melalui pembakaran tersebut merupakan generalisasi dari sikapnya karena merasa disakiti orang lain atau akibat dari situasi tertentu. Setting pembakaran kemudian menjadi pola reaksi yang melekat dalam dirinya.

Elemen kognitif dalam beberapa bentuk perilaku obsesi kompulsi sedikit ditemukan. Orang peragu dan memiliki perasan yang kurang mantap terkadang dapat memunculkan perilaku kompulsif dan mengganggu interaksinya dengan orang lain. Suatu contoh seorang suami dan ayah seorang anak merasa bahwa anaknya tersebut bukanlah berasal darinya dan ini terus berkembang. Ia ragu bahwa anaknya tersebut bukan keturunannya sehingga mempengaruhi interaksinya dengan istri maupun anaknya tersebut. Ia selalu merasa cemas dan was-was.

Pendekatan psikodinamika melihat OCD sebagai suatu gejala seseorang yang mencoba mengatasi masalah konflik bawah sadar dari permasalahan seksual dan agresifitas. Sebagai contoh seorang pria yang menyetir mobilnya terobsesi untuk selalu mengarahkan mobil untuk keluar dari pembatas jalan sehingga dapat membahaykan dirinya, begitu ia sadar maka ia berusaha meminggirkan kenderaannya dan istirahat sejenak untuk menenangkan diri. Interpretasi psikoanalitis menjelaskan bahwa ini diakibatkan adanya dorongan bawah sadar dalam diri pria tersebut yang bersifat destruktif dan agresif yaitu ingin membunuh dirinya sendiri akibat dari suatu konflik-konflik bawah sadar tertentu yang terkait dengan unsur agresifitas dan ketidaksukaan terhadap diri sendiri akibat adanya suatu perasaan bersalah dan membenci diri sendiri. Ini merupakan refleksi dari konflik yang terjadi didalam diri pria tersebut.

Faktor Penyebab OCD :

1.Subtitusi pikiran dan tindakan.
2.Rasa bersalah dan ketakutan akan hukuman.
3.Kebutuhan akan keteraturan dan predictability.

Subtitusi pikiran dan tindakan merupakan bentuk pertahanan dari serangan rasa cemas. Subtitusi ini dapat muncul dalam bentuk perilaku yang kompleks seperti bentuk mekanisme pertahanan diri yaitu munculnya reaksi formasi. Dalam kondisi ini individu bertindak bertentagan dengan apa yang seharusnya ia lakukan. Misalnya seorang wanita sangat membenci ayahnya (padahal seharusnya menyayanginya) karena alam bawah sadarnya menginginkan ayahnya mati agar ia dapat menikah dengan pemuda idamannya. Atau seorang bawahan sangat ketakutan dengan atasannya karena ancaman pemecatan maka ia mengembangkan perilaku sangat memuji atasannya secara berlebihan untuk mengatasi rasa cemasnya.

Contoh akibat adanya rasa bersalah dan ketakutan akan hukuman, tampak pada penderita OCD yang setelah melakukan pembunuhan merasa ketakutan kemudian ia selalu mencuci tangannya secara berulang-ulang untuk mengatasi rasa cemasnya. Atau seorang pria yang setelah berselingkuh selalu mencuci secara berulang-ulang alat kelaminnya sebagai refleksi dari upayanya untuk membersihkan diri.

Sedangkan OCD akibat kebutuhan akan keteraturan dan predictability merupakan gambaran kebutuhan akan kepastian sehingga ia selalu melakukan kegiatan secara berulang-ulang untuk memastikan sesuatu telah berjalan dengan seharusnya dan merupakan refleksi untuk mengatasi kecemasan dan rasa tidak amannya.
Sebagian besar penderita OCD mengalami gejala tersebut sebelum usia 35. Mereka kadang-kadang mengalami OCD setelah mengalami suatu peristiwa yang cukup menekan dirinya. Bagi sebagian yang lainnya gejala OCD berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun. Gangguan ini bersifat kronis. Tindakan psikoterapi biasanya behavioral diperlukan untuk menanganinya dan sebaiknya bersama-sama dengan tindakan medis.

Penanganan

Secara umum pananganannya meliputi 3 strategi dasar, yaitu :

1.Membantukan individu untuk membedakan antara pikiran dengan tindakan. Menerima segala sesuatu seperti “pantangannya” sebagaimana orang lainnya dan mengintegrasikannya kedalam struktur pribadi.
2.Membantu individu untuk membedakan antara bahaya yang memang riil dengan bahaya yang hanya bersifat bayangan saja/pikiran dan berespon secara tepat terhadap bahaya yang dirasakan (misal tidak perlu memeriksan kunci pintu berkali-kali atau mencuci tangan berulang-ulang).
3.Memblock perilaku ritual OC dengan cara memberikan ganjaran yang setimpal bagi Ybs. saat ia berhasil menghibdari dari perilaku keurotic (OC) tersebut.

Keseluruhan strategi tersebut bertujuan untuk mengurangi defense neurotic dan membantu individu untuk bertindak secara wajar dan normal. Namun, upaya ini membutuhkan waktu sampai dengan OC tersebut benar-benar hilang. Sebagai contoh dalan suatu kasus seorang wanita sebelum memakai baju baik untuk dirinya maupun untuk anaknya selalu memeriksa baju tersebut sampai dengan 3 kali baik bagian luar maupun bagian dalamnya, kemudian menyibak/menggoyangkan baju tersebut 3 kali dan mencuci serta menyetrika sampai dengan 3 kali. Saat melakukan konsultasi psikologi diketahui bahwa wanita tersebut mengalami ketakutan yang berlebihan terhadap kuman dan penyakit sehingga obsesi terkontaminasi terefleksikan dalam bentuk perilaku kompulsi (memeriksa, mencuci, menyetrika 3 kali). Program penanganannya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1.Membantu ia membedakan secara objektif hal-hal yang kotor dan tidak steril dan mengurangi ketakutan berlebihan yang tidak perlu serta menolongnya membuat keputusan yang realistis tentang standar kebersihan yang umumnya dilakukan oleh orang lain.
2.Memberikan penguatan perilaku yang konsisten saat ia mampu menghindari perilaku ritualnya tersebut.
3.Menggunakan pengarahan verbal yang dilakukan oleh psikolog untuk mencegah pengulangan perilaku tersebut.

Dibutuhkan waktu 9 bulan untuk menghilangkan perilaku OC yang dialami oleh wanita tersebut.

Kompulsi yang terjadi dalam OCD berbeda dengan kompulsi yang terjadi pada gangguan lain seperti gangguan makan atau gangguan seksual. Demikian pula harus dibedakan gangguan kompulsi yang terjadi pada penderita depresi dan schizophrenia.

Minggu, 08 Februari 2009

MEMBACA DAN MENULIS


Menurut pendapat seorang bijak membaca dan menulis adalah kegiatan yang sangat mulia dan merupakan salah satu dari ciri-ciri masyarakat yang beradab. Peradaban ditandai oleh adanya kegiatan tulis menulis dan tentu saja membaca.

Membaca bagi sebagian besar orang mungkin merupakan kegiatan yang cukup menyenangkan. Apakah membaca koran, iklan, komik, majalah, bacaan serius sampai dengan membaca kitab suci. Pada tataran lebih tinggi membaca memasuki domain metafisik yang tidak lagi dilakukan secara literal, tetapi membaca secara lebih abstrak, seperti anda membaca bukti adanya Tuhan dengan membaca hasil ciptaannya melalui alam.

Tentang menulis, belum tentu dilakukan oleh banyak orang, mungkin sangat terbatas orang yang mau atau mampu menulis, baik dilakukan secara senang hati karena hobby atau terpaksa karena memperoleh penghasilan dari kegiatan tulis menulis tersebut. Apalagi menulis memerlukan gagasan yang bernas. Ada saat-saat kita ingin menulis tetapi gagasan macet, atau banyak gagasan tetapi malas menulisnya, yah sama saja.

Seorang teman menyarankan jika ingin banyak menulis kurangi saja membaca. Wah ini sulit bagi diriku. Membaca adalah teman setiaku, baik saat sedang menunggu seperti di airport misalnya, mengisi waktu senggang, pengantar tidur, atau bahkan saat menjalankan ritual pagi, biasanya aku di toilet sambil membaca (jadi suka diprotes orang lain karena kelamaan di kamar mandi).

Aku sendiri berprinsip jika ingin menghasilkan tulisan yang baik harus diimbangi dengan membaca bahan bacaan yang baik pula. Memang ada gagasan-gagasan original yang mungkin lahir tanpa perlu dukungan bacaan lain, tetapi membaca tetap menjadi sumber inspirasi dan amunisi dalam membuat sebuah tulisan. Jadi, walau anda seorang penulis yang handal, anda tetap harus banyak-banyak membaca. The key point is ability to manage your time.

Hari Sabtu dan Minggu ini aku habiskan dengan menata buku-buku yang kumiliki. Ternyata lemari buku-ku pun sudah tidak mencukupi (mungkin bagi orang lain jumlah buku yang kumiliki tidak seberapa). Aku terpaksa membeli lemari buku tambahan, jadi ruang kerja semakin sesak, belum lagi ditambah meja komputer, meja tulis, perlengkapan audio dan tetek bengek lainnya. Sebagian besar buku-ku ada dikantor, nah kalau buku-buku itu dibawa pulang ke rumah kebayang bagaimana sesaknya ruang kerjaku dirumah. Sebelumnya sudah ada empat lemari buku dan sekarang harus ditambah lagi, itupun belum memuat semua buku-ku, jadi sebagian buku harus ditumpuk-tumpuk, aduh kasihan buku-ku kayak sarden yang nggak laku. Tetapi, aku harus berterima kasih dengan buku-buku tersebut karena diriku jadi seperti sekarang (menurutku lebih baik dari aku yang sebelumnya, memang relatif sih) adalah disebabkan kontribusi positif dari buku-buku yang aku miliki yang sebagian besar besar sudah aku baca (karena ada juga yang belum aku baca atau baru dibaca sebagian).

Aku memang pencinta buku karena merasa ilmu-ku masih "cetek" jadi harus banyak membaca, bahkan cenderung jadi obsesif-kompulsif (wah ini terminologi psikologi, mungkin perlu juga suatu saat aku menulis tentang ini). Kemana-mana aku pergi seantero jagad ini aku berupaya membeli buku dan sebagian isi koperku saat dalam perjalanan dari luar negeri memang berisi buku-buku sehingga tidak jarang harus "over-weight." Lebih bagus toch menyintai buku daripada menyintai wanita lain??? apalagi menyintai istri orang lain ........ ha ha ha ........ nauzhubillahiminzhalik .................

Sebagian buku ku banyak juga yang hilang, baik hilang beneran atau pun hilang karena dipinjam orang lain dan tak kembali. Menurutku, ada dua hal yang kalau hilang atau dipinjam orang lain tidak akan pernah kembali, yang satu buku dan yang satu lagi cinta ........... alaamaak .............

Ada kejadian lucu atau barangkali mengharukan ya ... ini untuk menunjukkan bagaimana aku sangat membela buku dan tidak ingin kehilangan buku. Saat aku berkunjung ke Washington, D.C, untuk mengikuti Congress of Assessment Center di sekitar bulan Oktober 2008, pada suatu hari aku bersama rekan mengikuti kegiatan City Tour. Dari Washington Plaza Hotel kami berempat naik taksi ke Union Station tempat mangkal Bis City Tour. Di Union Station aku membeli beberapa buku di Bookstore setempat. Setelah itu kami menaiki Bis. Bis bergerak secara sirkuler dan berhenti secara teratur di beberapa tempat tujuan wisata. Saat berhenti di White House kami (tepatnya aku) tergesa-gesa turun Bis. Saat turun Bis aku terlupa, kantong berisi buku tertinggal di Bis dan itu baru aku ketahui setelah berjalan mendekat ke arah White House. Bis yang kami naiki telah berjalan meninggalkan kami. Aku panik mengingat buku ku tertinggal di Bis, sementara Bis mulai melaju meninggalkan kami. Aku kemudian segera memutuskan harus mengejar Bis tersebut. Pada hari itu aku sedang berpuasa, tetapi mengingat aku tidak ingin kehilangan buku tersebut aku berusaha mengejar Bis dan berlari semampu ku.

Aku mulai berlari dan menunjuk-nunjuk Bis tersebut. Orang-orang tampak kebingungan memperhatikanku, termasuk Police yang berjaga disekitar White House. Aku tidak perduli dan aku bertekad harus mendapatkan buku tersebut. Aku berlari tetapi Bis semakin menjauh. Nafasku sudah tersengal-sengal, aku kelelahan dan kehabisan nafas maklum sedang puasa, tetapi aku bertekad harus dapat mengejar Bis tersebut. Aku terus berlari ditengah keputus-asaan dan tekad untuk bisa mendapatkan buku kembali. Apa daya kecepatan lari ku masih dibawah kecepatan lajunya Bis (ya iyalah emangnya superman).

Sambil berlari aku berdoa moga-moga Tuhan menolongku. Dan terjadilah keajaiban tersebut, tiba-tiba jauh didepan ada perempatan dan Bis berhenti karena lampu merah. Semangat ku tumbuh kembali, dengan sisa-sisa tenaga yang ada aku berhasil mendekati Bis tersebut dan langsung berteriak ke para penumpang yang ada dibelakang, seseorang penumpang membantuku mengambil buku dan memberikannya kepada, namun sang supir Bis kelihatan seperti orang yang kebingungan. Akhirnya setelah melalui perjuangan yang sangat heroik (ceile) aku berhasil mendapatkan buku-ku kembali dan setelah itu aku mengalami kelelahan luar biasa, namun alhamdulilah aku tetap mampu mempertahankan puasaku sampai dengan waktu berbuka disaat maghrib waktu Washington, D.C. Terselamatkanlah buku-buku ku tercinta.

ALFARABI KOMENTATOR ARISTOTELES YANG CERDAS


Dalam teks-teks Latin di Abad Pertengahan ia dikenal dengan nama Alfarabius atau Avennasar. Sedangkan sebutan Alfarabi diambil dari nama kota kelahirannya Farab. Nama lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Awzalagh AlFarabi. Ia adalah salah seorang filsuf Muslim paling terkemuka dan masyhur disamping dikenal sebagai komentator Aristoteles dan tokoh pertama dibidang logika. Alfarabi lahir pada tahun 257 H/870 M di daerah Farab Wasij Turkistan dan meninggal di Damaskus pada 339 H/950M dalam usia kurang lebih 80 tahun.

Sejak kecil ia sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa, khususnya dibidang bahasa Persia, Kurdistan dan Turkistan. Ayahnya seorang Iran yang kawin dengan wanita Turkistan, menjadi pegawai (ka’id jaysh). Dalam usia yang masih sangat muda ia bersama ayahnya pergi ke Baghdad, waktu itu merupakan pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan untuk belajar. Disana juga ia belajar pada Abu Bisyr bin Mattius. Pada mulanya ia memusatkan perhatiannya untuk belajar logika dan tata bahasa Arab (nahwu sharaf) pada Abu Bakr as-Sarraj. Sesudah itu ia kemudian pindah ke Harran, lalu kembali lagi ke Baghdad untuk belajar filsafat. Disana Alfarabi menetap kurang lebih selama 30 tahun. Waktu puluhan tahun ia gunakan untuk belajar filsafat, matematika, kedokteran dan bahasa Arab. Sekaligus ia mengajar dan menulis karya-karyanya. Pada tahun 330 H/942 M ia pindah ke Damsyik karena mendapat undangan dari pemerintah Syi’I Hamdanid, Sayf ad-Dawlah dan tinggal bersama pengikutnya serta beberapa rekannya di Aleppo/Halab sampai dengan akhir hayatnya.

Guru filsafatnya adalah seorang Kristen Nestorian, Yuhanna bin Haylan. Alfarabi sendiri menurut Ibnu Abi ushaybi’ah bersama denga Al-Mas’udi pada akhirnya bekerja disebuah cabang sekolah filsafat Yunani di Alexandria yang tetap dilanjutkannya sampai dengan penaklukan Arab. Beberapa rekannya menduga ia pernah berada di Antioch dan setelah itu sekolah mengutusnya belajar ke Marw dan Harrain dan dari sana ia terus ke Baghdad. Gurunya sendiri, Yuhanna, dikatakan berasal dari Marw dan ke Baghdad tahun 295 H/908 M. jadi kemungkinan bahwa ia telah mengajar Alfarabi ketika di Marw tidak dapat dikesampingkan. Juga dapat diketahui bahwa Alfarabi tetap berhubungan dengan seorang komentator dan penerjemah ulung Abu Bisyr Matta bin Yunus, seorang tokoh terkemuka di sekolah Kristen Aristotelian di Baghdad dan Alfarabi pun mempunyai pengaruh besar pada Yahya bin Adi, wakil utamanya pada nagkatan berikutnya.

Alfarabi memang jauh lebih dikenal sebagai seorang filsuf ulung daripada sebagai seorang ahli dari bidang yang lain. Namun demikian, dapat diketahui dari beberapa sumber, bahwa karya-karyanya banyak pula yang menyangkut disiplin ilmu lain selain filsafat, misalnya politik, etika, metafisika, logika, matematika, kedokteran dan lain sebagainya.

Karyanya di bidang Logika antara lain :

1. “At-Tawti’a fi al-Mantiq”, diedit oleh M. turker dengan terjemahan Bahasa Turki (Ankara-1958 M).
2. ‘Introductory Section on Logic”, edisi bahasa Inggris oleh D.M. Dunlop (1955), sedang dalam bahasa Turki oleh M. turker 91958).
3. “Treatise in the Canons of Art of Poetry”, edisi Bahasa Inggris oleh A.J. Arberry (1938), dalam bahasa Arab dicetak ulang oleh A. Badawi (Kairo 1953).

Masih cukup banyak karya Alfarabi termasuk dibidang lain seperti fisika, metafisika, logika, filsafat, bahasa dan kedokteran. Yang cukup menarik adalah bukunya yang berjudul “De Ortu Scientiarum”, buku ini diedit oleh C. Baumker pada tahun 1919 M dan pada tahun 1906 M, M. Horten menerjemahkannya disertai tambahan penjelasan menjadi buku yang berjudul “The Book of Germs”. Buku ini membahas secara mendalam dan rinci tentang seluk beluk kuman. Bayangkan pada abad 9 seorang tokoh Muslim telah mampu melakukan analisis tentang kuman sebelum Dunia Barat mengerti benar tentang kuman yang di Dunia Barat baru dipelajari pada abad 18-19.

(Dikutip dari buku ‘Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah” oleh M. Natsir Arsyad).

SIX SIGMA

Six Sigma adalah salah satu tool manajemen untuk meningkatkan kualitas hasil kerja. Six Sigma awalnya dikembangkan oleh Motorola dalam rangka meningkat proses dan kualitas produk mereka.

Sebetulnya Six Sigma ini merupakan suatu istilah statistik yang merepresentasikan suatu distribusi dari enam standar deviasi di sekitar rata-rata. Sigma menunjukkan pada simbol Yunani yang digunakan untuk menunjukkan standar deviasi dari suatu distribusi normal. Namun, dalam perkembangannya Six Sigma lebih pada filsafat peningkatan, tidak sekedar persoalan statistik lagi.

Biasanya tool ini digunakan untuk meningkatkan kualitas produk, proses, jasa atau bisnis. Tujuannya adalah sebuah target kualitas dan rencana untuk mencapai sesuatu tanpa kesalahan secara efektif.

Metode Six Sigma setidaknya meliputi 7 langkah, yaitu :

1. Identifikasi produk.
2. Identifikasi pelanggan.
3. Buat kesepakatan dengan pelanggan tentang persyaratan kepuasan yang mereka harapkan.
4. Jelaskan prosesnya dan bagaimana melakukannya.
5. Tingkatkan kualitas proses sampai "Sig Sigma" tercapai.
6. Buktikan kesalahan proses/produk, pertimbangkan kembali desain dasarnya.
7. Perbaiki secara terus menerus .

Jumat, 06 Februari 2009

TRAGEDI KETUA DPRD SUMUT ABDUL AZIZ ANGKAT & SIFAT AGRESI

Pada hari Selasa 3 Februari 2009 terjadi peristiwa memilukan di Medan Sumatera Utara. Ketua DPRD Sumatera Utara Abdul Aziz Angkat tewas saat terjadi unjuk rasa para pendudukung pembentukan Provinsi Tapanuli.

Ini adalah suatu peristiwa yang sangat disayangkan terjadi. Iklim demokrasi yang sedang tumbuh dinegeri ini dicederai oleh sikap anarkis. Dalam tayangan televisi kita saksikan betapa para pelaku unjuk rasa demikian emosionalnya dan tanpa terasa terjadi peristiwa yang bersifat anarkis tersebut.

Peristiwa anarkis tersebut dapat terjadi oleh adanya tindakan agresif yang dilakukan secara masal.

Dari segi definisi, agresi dapat diartikan sebagai suatu tindakan serangan terhadap orang lain, sebagai reaksi yang bersifat oposisional. Dalam pengertian khusus dalam mazhab analitis agresi adalah sebuah manifestasi dari dorongan "keinginan berkuasa" terhadap orang lain (menurut pakar psikologi Adler) atau dalam terminologi Freudian merupakan suatu bentuk proyeksi dari "dorongan kematian."

Jadi jelas dari kedua ahli tersebut diatas agresi berdimensi dorongan ingin berkuasa dan dorongan kematian. Dan itulah yang terjadi dalam demo anarkis Selasa lalu di Medan SUmatera Utara yang berbuntut kematian dan sekaligus ada dorongan dari orang-orang yang ingin berkuasa.

Semoga hal tersebut hanya sekali terjadi dan merupakan peristiwa terakhir dinegeri ini. Jangan mencederai demokrasi dengan sikap-sikap anarkis apalagi dengan perilaku agresi yang berujung kematian.

IDEALISME

Seseorang yang menginginkan sesuatu yang luhur biasa disebut dengan seorang yang idealis. Seorang yang idealis memiliki nilai-nilai yang biasanya jauh dari kepentingan materi dan menjauhi hal-hal yang bersifat hedonis.

Idealisme sesungguhnya merupakan suatu sistem pemikiran falsafah yang akan membuat realitas terakhir dari universum, dapat dinyatakan atau dapat dimengerti hanya dalam istilah ide dan bukan dalam istilah zat dan ruang.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat dipahami bahwa kadangkala seorang yang idealis sulit dimengerti oleh lingkungannya karena mereka memiliki jarak dengan ruang dan materi. Namun, sesungguhnya orang-orang seperti ini diperlukan untuk membangun dan memelihara nilai-nilai luhur. Seorang idealis biasanya sekaligus seorang yang mampu mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan secara hakiki.

Kamis, 05 Februari 2009

CAREER PITFALLS

A career pitfall sounds more serious than it really is. It is actually a period of time when you might feel that your job/career is not all it is cracked up tobe and you might therefore make a disastrous career move at this point. Firstly, it is important to be aware that your career can very easily change, and circumstances, events and situations can occur that alter your attitude towards it. Secondly, bear in mind that there is no such thing as the perfect job, but some jobs have more favourable aspects to them than others.

Some of the reason career pitfalls are :

1. Attitude : blaming others, childish attitude, threatening attitude, destructive attitude.
2. Golden Hellos :cul de sacs, further irrational moves, biiting of more than you can chew.
3. Business awareness

We can avoid career pitfalls by :

1. Thinking strategically
2. Moving with the times

Thinking strategically, you are important, but in the context of the 'whole' organization , so avodi becoming 'self' - rather than company-oriented. This doesn't mean that you don't matter, because you do, but try to focus on what you want and then sell it int terms of what the company of pursuing.

Moving with the times, make the changes with the company, and where possible try to influence and be ready with those changes. One of the easiest ways to do this is to avoid remaining static in a job. Instead, build up new skills and reputation. It is comfortable to sick to what you are good at, but in the long term this too shortsighted. Take the initiative and start to drive your own career forward.

(by Sarah Berry)

Selasa, 03 Februari 2009

KODE ETIK PROFESI

Dalam menjalankan suatu profesi tertentu, seseorang diharuskan mengikuti etika yang diatur dalam kode etik profesi tersebut. Apakah itu psikolog, dokter, insinyur, ekonom, advokat dan sebagainya hendaknya dalam menjalankan profesi tetap memperhatikan kode etik.

Kode etik sendiri awalnya berawal dari CODE dan ETHICS. Menurut Arthur S. Reber & Emily Reber, Code is a set of standards of rules for cunduct, sedangkan Ethics is a branch oh philosophy concerned with that which is deemed acceptable in human behavior with what is good or bad, right or wrong in human conduct in pursuit of goals and aims. JP Chaplin, Phd mengatakan bahwa Code is standard of conduct.

Dalam pengertian ini jelas Kode Etik merupakan pedoman seseorang berperilaku dalam menjalankan profesinya. Dalam pengertian Etik, maka hal ini dapat diartikan sebagai seperangkat prinsip nilai yang menjadi pedoman bagi komunitas tertentu (praktisi profesional).
Kadang-kadang etik ini dikaitkan juga dengan Moral. Moral sendiri merupakan suatu kerangka nilai yang bersifat umum yang tidak tertulis, namun disepakati sebagai acuan dalam berperilaku dan berinteraksi.

Suatu profesi yang baik biasanya memiliki kode etik. Prinsip utama etik meliputi Dignity, Equitability, Prudence, Honesty, Openness, Goodwill. Pelanggaran kode etik memberikan suatu konsekuensi yang berat seperti kemungkinan untuk dikeluarkannya seseorang dari komunitas profesi tersebut sehingga dapat dikatakan orang tersebut mati secara profesi dan seorang profesional sangat menghindari hal ini.

LIFE IS ...........

Life is an end in itself, and the only question as to whether it is worth living is whether you have enough of it.

(Oliver Wendell Holmes, Jr, American Jurist (1841-1935)

Senin, 02 Februari 2009

KEPRIBADIAN ANTI SOSIAL

Pada awalnya para ahli tidak menggolongkan perilaku antisosial sebagai bentuk dari gangguan mental, hal ini karena mereka tidak melihat adanya simptom-simtom yang mengarah ke hal tersebut. Satu hal yang bersifat paradoksal dalam psikopatologi adalah bahwa beberapa orang yang mengalami ini secara intelektual adalah normal namun disegi lain memiliki kepribadian yang abnormal. Lama, kondisi paradoks ini sulit dijelaskan. Hal tersebut diterima tanpa adanya pertanyaan selain cukup dipahami bahwa adanya disintegrasi dari penyebab dan intelektual yang menghasilkan gangguan mental.

Banyak mereka yang antisosial tidak menunjukan simtom umum gangguan mental seperti disorientasi, gangguan berpikir, gangguan persepsi dan bentuk lain dari perilaku patologis. Philippe Pinel pada akhir abad-18 menggambarkan bahwa orang-orang yang destruktif dan agresif tidak memiliki simptom umum seperti orang yang terganggu mentalnya. Pada awal abad-19, orang-orang antisosial digambarkan sebagai orang yang tidak bermoral. Mereka disebut moral imbesil. Secara bertahap kondisi ini digambarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Pada akhir abad-19, istilah psikopat mulai digunakan untuk mereka yang berperilaku antisosial. Pada saat panduan diagnostok dari American Psychiatric Association dipublikasikan pada awal tahun 1950-an psikopat dan sosiopat diperkenalkan sebagai komponen stress dan sosiokultural dari perilaku dan mengurangi peran teori konstitusional yang pada awalnya mendominasi penelahaan tentang masalah ini. Saat edisi kedua dari panduan ini diterbitkan tahun 1968 istilah mulai ditinggalkan dan munculah istilah antisosial personality.

Secara virtual sulit untuk memperkirakan kasus antisosial personality di dalam masyarakat. Hanya sedikit dari mereka yang dirawat dipusat rehabilitasi mental. Dalam kenyataannya banyak rumah sakit yang secara terang-terangan menolak mereka dengan alasan bahwa institusi tersebut tidak diperuntukkan bagi mereka. Sejumlah besar pria dan wanita dengan kepribadian antisosial menemukan cara sendiri untuk mengatasi permasalahannya, namun disisi lain sangat sedikit upaya untuk menangani mereka yang berperilaku kriminal. Sejumlah orang antisosial lainnya tetap tinggal di lingkungannya sehingga dapat mempengaruhi keluarga maupun teman-temannya.

Kepribadian antisosial adalah salah satu dari sedikit kelompok diagnostik yang dapat dipahami dalam psikologi abnormal. Ada beberapa ketidaksepakatan yang terjadi diantara para ahli dalam melihat kasus antisosial. Beberapa ahli menyebutkan mereka yang tergolong kelompok ini adalah para alkoholik, pemakai narkoba, seks menyimpang, beberapa ahli lain tidak sepakat dengan hal ini. Namun, saat mereka dirawat mereka tidak dapat dibedakan dengan mereka yang antisosial, inilah letak kesulitannya. Untuk itu masih terus diupayakan untuk mencari pijakan fisiologis untuk menjelaskan masalah ini.

Kunci dari diagnosa antisosial bukan diarahkan pada kondisi perilaku tetapi lebih kearah karakteristik seseorang. Kesulitan dalam membedakan orang yang antisosial adalah saat fakta-fakta menunjukan bahwa orang-orang dengan ciri-ciri bermasalah tadi adalah mereka yang terlibat dengan kegiatan antisosial.Hal ini menjadi alasan bahwa studi tentang kepribadian antisosial harus ditinjau dari berbagai sudut pandang.Hal ini bisa dimulai dengan mengkaji mereka yang memiliki ciri perilaku antisosial dari populasi para pelaku kriminal. Hasil studi tadi boleh jadi akan membantu memahami ciri klinis dari kepribadian antisosial.

Berdasarkan telaahan yang tersebut di atas, kepribadian antisosial setidaknya menunjukan 5 ciri kepribadian, yaitu :

1. Ketidakmampuan belajar atau mengambil manfaat dari pengalaman.
2. Emosi bersifat superficial, tidak alami.
3. Irresponsibility/tidak bertanggungjawab.
4. Tidak memiliki hati nurani, tegaan.
5. Impulsiveness.

Lebih jauh kepribadian antisosial seharusnya tidak dikaitkan dengan kategori diagnostik seperti retardasi mental, gangguan otak, psikosis, neurosis atao situasi maladjustment lainnya (Ziskind, 1973). Artinya saat kepribadian antisosial dijelaskan dalam istilah psikologis seperti itu, maka diagnosa tentang antisosial hanya dapat dilakukan bila kondisi-kondisi lain yang menyertai salah satu diagnostik tadi muncul didalamnya.
Pada dasarnya seorang yang memiliki kepribadian antisosial tidak mampu untuk bersikap hangat dan membina relasi interpersonal yang baik. Mereka tidak mampu membina persahabatan atas dasar rasa percaya dan afeksi. Pada saat pendapat atau sikap orang yang antisosial tidak diterima mereka dapat menjadi berbahaya dan mungkin akan melakukan kekerasan. Karena mereka tidak memiliki nurani, mereka mampu berperilaku ekstrim seperti agresif, brutal, atau tingkah laku lain yang menyakiti.

Banyak mereka yang tidak peduli dengan orang lain disebut antisosial. Mayoritas kriminal dan delikuen bertindak impulsif atau berusaha untuk mencapai keuntungan secara finansial, status personal dengan cara yang tidak wajar. Orang yang sadar dengan kesalahan yang mereka lakukan biasanya mengalami rasa cemas, atau rasa bersalah. Sedangkan orang antisosial tidak merasa bersalah dan cemas kalaupun ada hanya verbalisasi saja. Dalam banyak orang antisosial melakukan kesalahan karena ia memperoleh reward dari perbuatannya. Pengulangan dari reward dan reinforcement dalam jangka waktu panjang membentuk perliku delikuen dan kriminal.

Kepribadian antisosial juga belajar dari perilaku antisosial mereka yang diberi reward oleh lingkungan. Bagaimanapun tipe pribadi seperti ini akan menjadi malaadaptif setelah diberikan hukuman secara berulang. Hal penting adalah individu yang didiagnosa sebagai antisosial akan mengembangkan perilaku maladaptif dalam kehidupan sosialnya. Orang-orang seperti ini tidak segang-segan mencuri harta orang tuanya atau anggota keluarga yang lain, menipu orang lain agar menolong dirinya dan hal ini dilakukan tanpa ada rasa penyesalan. Tindakan seperti ini bukan merupakan karakteristik umumnya kriminal (kadang-kadang kriminal juga memiliki rasa penyesalan).

Pola perilaku antisosial yang dipelajari menunjukan bahwa orang-orang antisosial terbentuk karena beberapa kombinasi dari perilaku yang tidak begitu jelas penyebabnya. Satu asumsi adalah merupakan pandangan tradisional yaitu antisosial terjadi karena adanya kerusakan genetik atau konstitusional. Beberapa studi yang dilakukan terhadap anak kembar dan anak-anak yang diadopsi menunjukan hal ini. Dalam hal ini ada beberapa kemungkinan dan hal yang penting bukan terletak pada proses pembelajaran perilaku antisosial namun lebih kepada kegagalan untuk belajar secara tepat mengenai moral dan etika dalam kehidupan awal mereka. Kegagalan ditahap awal kehidupan ini (kanak-kanak) akan menjelaskan mengapa perilaku delikuen dan kriminal dapat terus berkembang. Hal ini juga mungkin terjadi karena adanya distorsi sikap dan terkait dengan pengalaman masa lalu dimana mereka pernah menjadi korban dari orang-orang yang sebetulnya begitu dekat dengan diri mereka (disia-siakan, disakiti)

Kesimpulan

Sebagian besar perilaku antisosial tidak terkait dengan gangguan psikologis. Diagnosa mengenai antisosial didasarkan pada suatu sikap saat melakukan kesalahan seseorang tidak merasa bersalah atau tidak cemas terhadap hal tersebut. Hal ini menjadi sesuatu yang terus berjalan dalam perkembangan karakter mereka. Perilaku maladaptif ini kemungkinan besar berhubungan dengan kegagalan dalam mempelajari moral dan etika dibandingkan akibat dari proses seseorang dalam mempelajari perilaku antisosial. Selain itu dimungkinkan pula ada pengaruh faktor genetik.

ALLAH MAHA PENGASIH

Tadi malam aku diberitahu oleh istri bahwa ada surat dari Kelompok Ibadah Bimbingan Haji (KBIH) disertai lampiran surat dari Departemen Agama. Intinya paling lambat lusa kami sudah harus melunasi Ongkos Naik Haji (ONH). Aku dan istri memang sudah lama berhasrat untuk menunaikan Rukun Islam yang kelima itu. Namun, karena keterbatasan keuangan kami harus menambung dari tahun ke tahun. Ternyata pada tahun ini kami baru berhasil menabung biaya untuk keberangkatan satu orang saja. Setelah berunding lama dengan istri diputuskan aku dulu yang berangkat.

Berarti besok aku segera harus melunaskan biaya ongkos naik haji tersebut. Rencananya hari ini aku bersiap-siap mengurus beberapa dokumen dan besok langsung ke Bank untuk menyelesaikan pembayaran. Terbayang istriku yang belum bisa berangkat, padahal aku sangat ingin pergi bersamanya, merupakan suatu kebahagiaan menjadi tamu Allah apabila bisa pergi dengan pasangan terkasih. Tetapi, tampaknya Allah telah mengatur rejeki kami untuk saat ini hanya satu dulu yang bisa berangkat. Sebetulnya kami telah hampir berhasil mengumpulkan uang untuk keberangkatan berdua, namun kebutuhan biaya sekolah anak sulungku segera harus diselesaikan tahun ini juga sehingga sebagian tabungan kami digunakan untuk membiayai pendidikan putraku tersebut.

Ditengah persiapanku, tiba-tiba istriku tergopoh-gopoh menghampiri .... ”Mas .... Mas .. Pak Rahmat tetangga kita kambuh lagi sakitnya dan sekarang seperti tidak sadar .... tolong dilihat Mas ......” Tanpa pikir panjang aku segera bergegas kerumah tetanggaku Pak Rahmat, seorang pensiunan guru yang baik budi. Memang setahun belakangan ini kondisi Pak Rahmat tidak menentu, keluar masuk rumah sakit. Beberapa hari yang lalu saat aku menjenguk ke rumah sakit aku mendengar Pak Rahmat harus segera dioperasi. Namun, kemarin sore aku lihat Pak Rahmat pulang lagi kerumah padahal kondisinya belum membaik. Apakah operasinya tidak jadi? Atau kenapa? Aku pun tak tahu persis.

Segera aku menuju kesebelah kerumah Pak Rahmat. Aku saksikan bu Rahmat menangis tersedu-sedu. ”Ada apa bu?” aku masuk dalam rumah dan menghampiri .... ”Bapak kambuh lagi sakitnya dan tiba-tiba pingsan” jawab bu Rahmat. ”Sebaiknya kita bawa kerumah sakit bu” aku mencoba mengsusulkan. ”Jangan ....jangan dibawah kerumah sakit.... kemarin juga Bapak minta pulang walaupun masih sakit dan dokter juga sebenarnya belum mengijinkan” sahut bu Rahmat.

”Tapi kondisi Bapak tampaknya kritis bu” aku mencoba meyakinkan.
”Bapak kemarin keberatan kalau harus di rumah sakit, kami sudah menunggak terlalu banyak, sekarang ibu juga nggak punya dana sama sekali.”

Aku terdiam ......... sejurus kemudian aku segera berujar ”bu menurut saya Bapak harus tetap dibawa kerumah sakit, saya yang akan berbicara dengan dokternya bu.” Tak ada jawaban dari bu Rahmat dan ia menangis terus. Aku segera bergegas kerumah mengeluarkan mobil, dibantu beberapa tetangga kami segera menaikkan Pak Rahmat ke Mobilku. Aku segera memacu mobil ke rumah sakit dan langsung menuju ruang gawat darurat.

Segera Pak Rahmat diturunkan, aku langsung mengurus administrasi. Setelah melalui berbagai proses aku diharuskan berbicara dengan dokter. Aku langsung menuju ruang dokter. Setelah memperkenalkan diri sejenak dan ditanya apa hubungan aku dan Pak Rahmat, dokter segera menimpali ”Pak tentang Pak Rahmat ini sebenarnya masih menunggak dan seharusnya beliau kemarin dioperasi. Hanya saja keluarga keberatan dengan alasan tidak memiliki biaya. Peraturan di rumah sakit menetapkan bahwa biaya operasi harus dibayar dimuka, jadi mohon pengertiannya Pak, operasi harus dilakukan saat ini juga untuk menyelamatkan nyawa beliau dan sebelum operasi dilakukan harus diselesaikan dulu masalah administrasi keuangannya.”

Aku terdiam, dalam batinku ini adalah persoalan nyawa manusia. Terbayang akan wajah Pak Rahmat, seseorang lelaki sederhana, mantan guru yang hidupnya pas-pasan. Pak Rahmat juga adalah orang yang taat ibadah dan dikenal baik hati dilingkungan kami. Sekarang ia dan keluarganya tidak memiliki uang untuk membiayai operasi dan nyawanya sedang diujung tanduk.

Aku langsung berdiri dan berucap ke dokter ”Baik Dokter lakukan saja operasinya, saya akan menyelesaikan administrasi keuangannya.” ”Bapak bisa ke bagian administrasi keuangan untuk menyelesaikannya.”

Aku segera menuju bagian Administrasi Keuangan Rumah Sakit. Dengan keteguhan hati dan sikap pasrah kepada Allah aku memberanikan diri untuk menanggung biaya operasi Pak Rahmat yang sedang kritis. Terbayang olehku, satu-satunya sisa dana yang kumiliki adalah biaya naik haji yang sebetulnya besok harus aku lunaskan. Tetapi, ini adalah persoalan nyawa manusia, aku tidak mungkin naik haji dengan membiarkan tetanggaku sekarat. Tidak ada alternatif lain, aku akan menggunakan tabungan hajiku untuk membiayai operasi Pak Rahmat, mungkin aku tidak bisa naik haji tahun ini, tetapi setidaknya aku telah berusaha untuk menyelamatkan nyawa manusia.

Aku segera menuju Bank mengambil uang tabungan hajiku. Petugas Bank tampak terheran-heran dengan sikapku, setelah kujelaskan ia tampak masih sedikit bingung. Aku kembali menuju rumah sakit dan segera menyelesaikan pembayaran. Setelah itu Pak Rahmat langsung menuju ruang operasi. Di ruang tunggu kulihat bu Rahmat dan Istriku. Bu Rahmat menghampiriku dan dengan kebingungan menanyakan siapa yang menanggung ini semua. Aku jelaskan ke Bu Rahmat, bahwa kondisi Pak Rahmat kritis dan harus mendapat pertolongan segera, kami para tetangga akan membantu semampunya. Bu Rahmat menangis terisak-isak. Kemudian kami menenangkan bu Rahmat. Tiba-tiba istriku menarikku dan mengajak keluar ruangan.

”Mas, gimana ceritanya ....”
”Ya, Pak Rahmat sudah kritis dan harus dioperasi hari ini juga ....”
”Tapi katanya keluarga Pak Rahmat kesulitan biaya?” Istriku tampak termangu.
”Iya, tampaknya Allah akan membantu Pak Rahmat melalui kita”
”Maksudnya gimana Mas?”
”Mas pikir kita masih memiliki kesempatan lain untuk naik haji, tetapi nyawa Pak Rahmat harus ditolong hari ini juga, jadi tabungan haji kita Mas gunakan untuk biaya operasi Pak Rahmat, semoga kamu ikhlas.”

Istriku tampak terdiam dan tiba-tiba menangis. Tetapi segera menenangkan diri dan kemudian tersenyum. ”Insya Allah aku ikhlas Mas, mungkin Allah memiliki rencana lain buat kita.”

Aku tersenyum bahagia, istriku mendukung sikapku. Aku memang sangat bangga dengan dirinya. Istriku adalah seorang yang taat beribadah menurut ukuranku dan ia pun seorang yang pemurah. Bagiku, istriku adalah karunia Allah yang paling indah. Aku segera memeluknya dan berbisik ”semoga Pak Rahmat segera sembuh dan Allah meridhoi tindakan kita.”

Setelah menunggu beberapa jam, operasi Pak Rahmat berjalan dengan sukses. Saat ini Pak Rahmat sedang memasuki masa pemulihan. Setelah shalat Ashar di rumah sakit aku segera menuju ruang tunggu untuk mengajak istriku pulang. Tiba-tiba suster memanggilku dan memberitahukan dokter yang memgoperasi Pak Rahmat ingin segera bertemu diriku.

Aku segera menuju ruang Dokter Spesialis Bedah yang terkenal itu. Setelah mempersilahkan aku duduk, dengan senyum yang ramah dokter spesial bedah tersebut berujar ”apakah benar Bapak tetangganya Pak Rahmat?”

”Benar Dokter saya tetangganya Pak Rahmat.”
”Sebetulnya Pak Rahmat harus dioperasi kemarin, namun Pak Rahmat dan keluarganya keberatan dan minta segera pulang kerumah.”
”Ya, mungkin karena biaya Dok.” aku menyerocos saja.
”Ya, ya mungkin juga, untung nyawanya masih tertolong walau operasi terlambat satu hari” Dokter spesialis bedah tersebut menimpali.
”Tetapi ngomong-ngomong bagaimana ceritanya kok tiba-iba keluarganya bersedia membawa Pak Rahmat kembali kerumah sakit?” Dokter spesialis bedah tersebut memandang bingung kepadaku.

”Ya, Dok, tadi pagi Pak Rahmat kritis tak sadarkan diri, langsung saya dan beberapa tetangga membawa ke rumah sakit.”
”Ya ... ya saya mengerti, tetapi bagaimana sampai akhirnya bersedia dioperasi.”
”Kami tetangganya memutuskan untuk bersedia dioperasi.”
”Tapi saya lihat tanda-tangan Bapak tadi dan Bapak yang membayarkan biayanya, benar Pak?”
”Ya, Dokter saya yang membayarkannya.”
”Sungguh mulia hati Bapak membantu tetangga.”
”Saya berusaha semampu saya Dok, tetapi memang saya harus menggunakan tabungan haji saya yang sebetulnya harus dilunasi besok untuk keberangkatan haji tahun ini.” Entah kekuatan dari mana yang mendorongku untuk menyampaikan sumber uang operasi Pak Rahmat tersebut.

Dokter spesialis bedah tersebut tampat terdiam.
”Oh jadi Bapak menggunakan tabungan haji untuk membantu biaya operasi Pak Rahmat, luar biasa.”
”Benar Dok, rencananya saya berdua dengan istri akan naik haji tahun ini, namun karena uangnya belum mencukupi jadi saya dulu yang berangkat tahun ini. Namun, mungkin ini cara Allah agar kami tidak berangkat sendiri-sendiri sehingga saya pun tampaknya belum bisa naik haji tahun ini, mudah-mudahan kami bisa menabung lagi Dok dan semoga Allah membantu kami untuk dapat naik haji berdua pada masa mendatang.”

Tampat Dokter Spesialis Bedah itu terdiam dan terlihat wajahnya seperti tertegun panjang. Aku pun berdiam diri. Suasana hening ini berlangsung agak lama.

Tiba-tiba suara dokter memecah kebekuan ”kapan paling lambat ongkos naik haji harus dilunaskan Pak?”
”Besok Dok kataku.”
”Baik Pak, atas ijin Allah saya akan membayarkan ongkos naik haji Bapak dan Ibu berdua, suami istri untuk naik haji tahun ini.”
”Apa Dok ??? Apa saya tidak salah dengar??? Bagaimana kami harus membayarnya??”

Dokter bedah tersebut tersenyum lembut.
”Tidak ... Bapak tidak salah dengar, saya akan menanggung ongkos naik haji Bapak berdua naik haji tahun ini dan itu pemberian saya, Bapak tidak perlu membayarnya kembali, saya berikan dengan ikhlas, karena Bapak telah membantu tetangga dengan ikhlas, saya pun dengan ikhlas membantu Bapak untuk dapat menunaikan ibadah haji berdua dengan istri tahun ini.”

Ya, Allah ............ aku menangis sesenggukan di depan dokter tersebut. Ia membiarkan diriku menangis. Dan samar-samar kudengar dokter tersebut berkata ”Baik Pak, besok sama-sama kita ke Bank untuk melunasi ongkos naik haji Bapak berdua suami istri.”

Tiada kata yang mampu kuucapkan selain ingatan akan ke-Agungan Allah, ALLAH MAHA PENGASIH