Minggu, 26 Oktober 2008

WALI NAGGROE BERTEMU WAPRES

Pada tanggal 24 Oktober 2008 Tgk. Hasan Di Tiro yang lazim dipanggil Wali Nanggroe bertemu dengan Wakil Presiden Yusuf Kalla (YK) dikediaman Wapres. Pertemuan tersebut dinyatakan sebagai ajang silaturahmi. Sesuai dengan informasi sebelumnya Wali direncanakan pula bertemu dengan Presiden SBY, namun krn Presiden ada agenda ke Beijing untuk menghadiri pertemuan ASEM maka pertemuan dengan Wali tersebut belum dapat terlaksana. Sebagaimana diketahui YK adalah tokoh sentral dibalik perjanjian Perdamaian RI-GAM di Helsinki. Demikian pula Wali adalah penentu terakhir dikalangan GAM dalam memutuskan penandatanganan Nota Damai tersebut.
Perdamaian tersebut adalah sesuatu yang sangat perlu disyukuri mengingat konflik telah berlangsung lama dan menimbulkan korban berbagai pihak. Saat sekarang yang terpenting adalah mengimplementasikan hal-hal yang telah diamanatkan dalam MoU Perdamaian tersebut.
Pertemuan antara Wapres dan Wali semakin menunjukkan semangat perdamaian telah merengkuh batas-batas psikologis dan secara personal hubungan antar pemimpin akan mampu memberi contoh bagi berbagai kalangan yang ada di bawahnya untuk mencontoh pemimpin mereka agar dapat membangun tali silaturahmi yang kokoh.
Perdamaian akan semakin kukuh terpatri apabila tokoh sentral menunjukkan sikap damai dan mau menjalin silaturahmi, kalau silaturahmi ini mampu dijalin dalam berbagai level pimpinan kita semakin optimis perdamaian akan semakin bersemi.

Kamis, 23 Oktober 2008

NEPOTISME DALAM REKRUTMEN CALEG

Anda mudah-mudahan telah mengikuti perkembangan pencalonan anggota legislatif saat ini. Isu utama yang mencuat adalah syarat dengan nepotisme alias mengutamakan para keluarga dan kerabat. Pertanyaan utama yang mengemuka disini adalah mengapa itu sampai terjadi?
Menurut saya setidaknya hal ini menyangkut tiga hal yaitu trust, relasi dan kompetensi. Penunjukkan keluarga dekat atau kerabat setidaknya memenuhi dua alasan utama trust dan relasi. Nah, bagaimana dengan kompetensi, inilah letak titik perdebatannya.
Kita ketahui bersama sebagian dari caleg tersebut adalah muka baru yang sangat minim pengalaman politiknya. Tidak mengikuti jalur karir partai sejak dari bawah. Kurang atau bahkan tidak berpengalaman sama sekali dalam kancah kehidupan perpolitikan. Tapi hal ini teratasi dengan kuatnya relasi kekerabatan. Bahkan orang sekaliber Amin Rais pun membela putranya sebagai Caleg.
Memang merupakan hak seluruh warga negara untuk menjadi Caleg, termasuk hak anak para politisi atau berbagai tokoh saat ini untuk menjadi Caleg, namun kita lebih melihat kepantasan dan kewajaran mengingat jam terbang mereka di parpol maupun dalam berbagai aktivitas masyarakat sangat minim atau bahkan tidak ada sama sekali.
Hak memang bisa saja digunakan, namun kearifan dalam menggunakan hak tersebut merupakan hal lain yang perlu dipertimbangkan secara sungguh-sungguh. Moga-moga para politisi dan berbagai tokoh nasional kita bisa melihat hal ini secara arif dan secara bijak mempertimbangkan kembali untuk mencantumkan nama kerabatnya yang belum berpengalaman dan tidak memiliki kompetensi masuk ke dalam daftar Caleg.
Para politisi dan tokoh nasional anda sedang dalam ujian apakah mampu menjadi teladan bagi masyarakat dan bangsa ini ? Berpihaklah pada nurani rakyat.

CAREERING OXYMORONS

  1. Safe is risky
  2. Problems are opportunity
  3. Long-term solutions are temporary
  4. Say no to "yes men"
  5. Good relationships are worth fighting for
  6. Building up growth requires breaking down barriers
  7. Perfection is messy
  8. Grow smaller
  9. Jargon says nothing
  10. Difficulty is possibility

(Sally Hogshead)